adsbygoogle.js'/> Materi Rangkuman PAI kelas XII Semester 1 | Tulisan Khozin_99
Home » , » Materi Rangkuman PAI kelas XII Semester 1

Materi Rangkuman PAI kelas XII Semester 1

Written By Khozin_99 on Thursday, 28 January 2016 | 1/28/2016 08:01:00 am

BAB 1
Al-Qur’an Surah Al-Kafirun, 109: 1-6, Surah Yunus, 10: 40-41, dan Surah Al-Kahfi, 18: 29


A.    AL-QUR’AN SURAH AL-KAFIRUN, 109: 1-6 TENTANG TIDAK ADA TOLERANSI DALAM KEIMANAN DAN PERIBADAHAN.

1.      Bacaan surah Al-Kafirun

1)      Qul yaa ayyuhal kaafiruun
2)      Laa ‘abudu maa ta’buduun
3)      Walaa antum ‘aabidunna maa a’bud
4)      Walaa ana ‘aabidun maa ‘abadttum
5)      Walaa antum ‘aabiduuna maa a’abud
6)      Lakum deenukum wa liya deen

2. Terjemahan surah Al-Kafirun

1)      Katakanlah: “Wahai orang-orang kafir”
2)      Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah
3)      Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4)      Dan aku tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang kamu sembah
5)      Dan aku tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6)      Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku

3. Sebab turunnya surah Al-Kafirun

·         Penegasan bahwa Tuhan yang disembah (ma’bud) oleh Nabi Muhammad SAW dan umat islam berbeda dengan ma’bud orang-orang kafir.
·         Penolakan dari Nabi Muhammad SAW dan umat islam terhadap kaum kafir untuk mencampuradukan keimanan dan peribadahan yang diajarkan Islam dengan keimanan dan peribadahan yang diajarkan agama kaum kafir yang mengandung kemusyrikan.

4. Penjelasan
Surah Al-Kafirun termasuk surah Makiyah, sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surah ini dinamakan Al-Kafirun, karena menjelaskan sikap Nabi SAW dan umat islam terhadap kaum kafir untuk menyembah tuhan yang mereka sembah.

KESIMPULAN
Pernyataan sikap umat islam terhadap kaum kafir bahwa umat islam tidak menyembah Tuhan yang mereka sembah. Sebagaimana kaum kafir tidak menyembah Tuhan yang umat islam sembah. Selain itu umat islam mengajarkan bahwa tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan antara umat isalam dengan kaum kafir.


B. AL-QUR’AN SURAH YUNUS, 10: 40-41 TENTANG SIKAP TERHADAP ORANG YANG BERBEDA PENDAPAT

1.       Terjemahan Ayat

Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, dan diantarany ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya, Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah! Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku  kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan 

2.       Kesimpulan
Penegasan Allah SWT bahwa di dunia ini ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qua’an dan adapula yang tidak beriman. Allah SWT Maha Mengetahui siapa yang berbuat kebaikan dan siapa yang berbuat kerusakan. Masing-masing orang akan bertanggung jawab setiap perbuatannya.
  
C.    AL-KAHFI, 18: 29 TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA

1.      Terjemahan Ayat

“Dan katakanlah: kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscahya mereka akan diberikan minum dengan air seperti besi yang mendidih menghancurkan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Q.S Al-Kahfi, 18:29)

2.      Kesimpulan
·         Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan yang salah datangnya dari selain Allah SWT.
·         Manusia baik sebagai individu maupun kelompok, memiliki kebebasan penuh untuk menentukan pilihan terhadap agama yang akan dianutnya.
·         Manusia yang memilih agama yang salah yakni yang tidak berasal dari Allah SWT dan mengandung unsur menyekutukan Allah dianggap zalim sedangkan balasan bagi orang zalim adalah neraka.





BAB 2
AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADILAH, 58: 11 DAN SURAH AL-JUMU’AH, 62: 9-10


A.    AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADILAH, 58: 11, TENTANG KEUNGGULAN ORANG YANG BERIMAN DAN BERILMU

1.       Terjemahan ayat

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscahya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscahya Allah akan meninggikan orang-orang ynag beriman di antara kamu dan oarng-oarng yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (Q.S Al-Mujadilah, 58: 11)

2.       Kesimpulan

·         Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang lain dalam mejelis ilmu, mmajelis zikir, dan segala majelis yang sifatnya mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya.
·         Bila disuruh mengerjakan pekerjaan baik dan diridai Allah, kerjakanlah suruhan itu dengan segera dan cara yang sebaik-baiknya.
·         Penegasan Allah SWT bahwa orang yang beriman, beramal saleh dan berilmu penegtahuan lebih tinggi derajatnya daripada orang yang beriman dan beramal saleh tetapi tidak berilmu pengetahuan.


B.      SURAH AL-JUMU’AH, 62: 9-10, TENTANG DORONGAN AGAR RAJIN BERIBADAH DAN GIAT BEKERJA

1.       Terjemahan ayat

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseur untuk salat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (ayat 9)

“Apabila telah ditunaikan salat, maka bersegeralah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (ayat 10)
 (Q.S Al-Jumu’ah, 62: 9-10)

2.       Kesimpulan

·         Seruan terhadap oarng-orang beriman untuk melaksanakan salat jum’at. Agar seruan tersebut dapat dilaksanakan, maka orang-orang beriman wajib meninggalkan segala kegiatan kerjanya, selama melaksankan salat jum’at itu.
·         Apabila salat jum’at sudah selesai dikerjakan, maka umat islam hendaknya melakukan kembali berbagai kegiata kerjanya yang baik diridai Allah. Selama itu umat islam hendaknya senantiasa mengingat Allah (zikrullah)




BAB 3
IMAN KEPADA HARI AKHIR

A.    HARI KIAMAT SEBAGAI HARI PEMBALASAN HAKIKI
1.       Hari kiamat menurut Al-Qur’an
a.       Kiamat sugra
Kiamat sugra berarti kiamat kecil. Misalnya kematian atau berbagai macam bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, ataupun banjir, yang banyak menelan korban jiwa.
Mati ialah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asalnya yaitu tanah, sedangkan rohani terus hidup di alam Barzakh(alam kubur).

b.      Kiamat kubra
Kiamat kubra (besar) adalah hancurnya alam semesta beserta isinya. Bumi,matahari, dan  bintang saling bertabrakan sehingga mengalami kehancuran total. Seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi mati. Peristiwa ini terjadi setelah Malaikat Israfil meniup sangkakala yang pertama. Tiupan yang kedua ialah membangkitkan kembali manusia yang pernah hidup di alam dunia dari alam kuburnya.

2.      Surga dan Neraka
 Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan, yang disediakan Allah bagi orang-orang yang bertaqwa. Neraka adalah tempat yang penuh dengan berbagai siksaan, yang disediakan Allah bagi orang-orang yang durhaka.

3.      Kesimpulan

·         Hukum beriman kepada hati akhir adalah fardhu’ain. Apabial tidak beriman kepada adanya hari akhir dianggap murtad
·         Ada kiamat sugra (kecil) dan kiamat kubra (besar). Setelah terjadi kiamat kubra, seluruh umat manusia dibangkitkan dari alam kuburnya masing-masing (ba’as), kemudian dikumpulakn di Padang Mahsyar untuk dihisab semua amal perbuatanya ketika di dunia.


BAB 4
PERILAKU TERPUJI


A.    ADIL
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata adil berasal dari bahasa Arab yang berarti tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, atau proporsional. Pengertian adil menurut istilah ilmu akhlak dapat dikemukakan sebagai berikut :
·         Meletakkan sesuatu pada tempatnya.
·         Menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang.
·         Memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap, tidak melebihi dan tidak mengurangi, antara sesama yang berhak dalam keadaan yang sama, dan menghukum orang jahat atau melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.

Menurut pengertian tersebut, jelaslah bahwa “Adil” termasuk akhlaqul karimah yang harus dimiliki oleh setiap Muslim/Muslimah, seseorang hendaknya berlaku adil terhadap diri sendiri, kedua orangtuanya, bangsa dan negaranya, bahkan terhadap khaliqnya, Allah SWT.
Orang yang memiliki sifat adil akan menyadari bahwa setiap orang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, setiap orang tidak akan menanggung perbuatan dosa orang lain, dan setiap orang akan memperoleh hak sesuai apa yang telah diusahakannya.

B.     RIDA
Kata rida berasal dari bahasa Arab yang artinya rela dan menerima dengan suci hati. Menurut istilah rida berarti menerima dengan rasa senang apa yang diberikan oleh Allah baik berupa peraturan, hukuman, ataupun qada atau ketentuan nasib.
Rida dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :
a.       Rida terhadap hukum (peraturan) Allah SWT.
b.      Rida terhadap qada dan qadar Allah SWT yang berkaitan dengan nasib.


C.    AMAL SALEH
Menurut pengertiankebahsaan amal berarti perbuatan dan saleh berarti baik. Jadi amal saleh berarti perbuatan baik.
Menurut istilah dalam pengertian yang khusus amal saleh atau perbuatan yang baik ialah setiap hal yang mengajak dan membawa ketaatan terhadap Allah SWT, atau setiap perbuatan yang mengantar pada ketaatan terhadap Allah SWT, baik perbuatan lahir maupun batin. Dalam pengertian yang umum, amal saleh ialah perbuatan, lahir atau batin, yang berakibat pada hal yang positif atau bermanfaat. Amal saleh harus dilandasi dengan iman.
Syarat sahnya amal saleh adalah :
1.      Amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata.
2.      Amal saleh itu hendaknya dilakukan secara sah, sesuai dengan petunjuk syara’.
3.      Dilakukan dengan mengetahui ilmunya.
Apabila amal-amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah, sesuai dengan ketentuan syara’ dan sesuai dengan ilmunya, tentu akan mendatangkan kebaikan-kebaikan baik bagi kehidupan di alam dunia maupun bagi kehidupan di alam akhirat




BAB 5
MUNAKAHAT


A.    KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN
1.      Pengertian
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar dari pernikahan adalah nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syari’at, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, yang diridai oleh Allah SWT.
Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW atau sunah Rasul.

2.      Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Jika dikerjakan tidak mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa.
Ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh, atau haram.
1.      Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari perzinahan walaupun tidak segera menikah maka hukum nikah adalah sunah.
2.      Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
3.      Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah wajib.
4.      Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, hukum nikah adalah haram.

3.      Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria terhadap wanita ataupun sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama islam.
Tujuan pernikahan yang islami dapat dikemukakan sebagai berikut :
·         Untuk memenuhi kebutuhan seksual (birahi) secara sah dan diridai Allah.
·         Untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat.
·         Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat
4.      Rukun Nikah
Rukun nikah berarti ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus dipenuhi agar pernikahan itu sah. Rukun nikah tersebut ada 5 macam yakni sebagai berikut:
·         Ada calon suami.
·         Ada salon istri.
·         Ada wali nikah
Wali nikah dapat dibagi menjadi dua macam :
a)      Wali Nasab
b)      Wali Hakim
Syarat yang harus dipenuhi oleh wali nikah :
a.       Beragama Islam
b.      Laki-laki
c.       Balig dan berakal
d.      Merdeka dan bukan hamba sahaya
e.       Bersifat adil
f.       Tidak sedang ihram haji atau umrah
·         Ada dua orang saksi.
·         Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Ijab adalah ucapan wali (dari puhak mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabul adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan.
Selesai akad nikah diadakan walimah, yaitu pesta pernikahan. Hukum mengadakn walimah adalah sunah muakkad.
Menghadiri walimah bagi yang diundang hukumnya wajib, kecuali kalu ada uzur (halangan) seperti sakit.

5.      Muhrim
Menurut pengertian bahasa, muhrim berarti yang diharamkan. Dalam ilmu fikih, muhrim adalah wanita yang haram dinikahi. Adapun penyebab seorang wanita haram dinikahi ada empat macam, yaitu :
1)      Wanita yang haram dinikahi karena keturunan:
a.       Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah)
b.      Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya)
c.       Saudara perempuan (sekandung, sebapak atau seibu)
d.      Saudara perempuan dari bapak
e.       Saudara perempuan dari ibu
f.       Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya kebawah
g.      Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya kebawah
2)      Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan:
a.       Ibu yang menyusui
b.      Saudara perempuan sesususan
3)      Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan:
a.       Ibu dari istri (mertua)
b.      Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah berkumpul dengan ibunya)
c.       Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum
d.      Mennatu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum
4)      Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.

6.      Kewajiban Suami dan Istri
Secara umum kewajiban suami-istri adalah sebagai berikut.
v  Kewajiban Suami
a.       Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya, sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal.
b.      Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak.
c.       Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf)
d.      Memelihara istri dan anak-anak dari bencana.
e.       Membantu istri dalam tugas sehari-hari.
v  Kewajiban Istri
a.       Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran islam.
b.      Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami.
c.       Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarganya.
d.      Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit.
e.       Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya.
f.       Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang saleh.

7.      Perceraian
Perceraian berarti pemutusan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Salah satu sebab perceraian adalah perselisihan atau pertengkaran suami-istri yang sudah tidak dapat didamaikan lagi, walaupun sudah didatangkan hakim (juru damai) dari pihak suami dan pihak istri.
Hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah meninggalnya salah satu pihak suami atau istri, talak, fasakh, khulu, li’an, ila’, dan zihar.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a)      Talak
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara suka rela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Asal hukum talak adalah makruh (sesuatu yang dibenci atau tidak disenangi).
Talak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.       Talak Raj’i
b.      Talak Ba’in
b)      Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab-sebab tertentu. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, karena adanya pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.
c)      Khulu
Menurut istilah bahasa, khulu berarti tanggal. Dalam ilmu fikih, khulu adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik dnengan jalan mengembalikan mas kawin kepada suaminya, atau dengan memberikan sejumlah uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua.
d)     Li’an
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina.
e)      Ila’
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya selama empat bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan.
f)       Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya.

8.      ‘Iddah
‘Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain. Tujuan ‘iddah antara lain untuk melihat perkembangan, apakah istri yang bercerai itu hamil atau tidak.
Lama masa ‘iddah adalah sebagai berikut:
1.      ‘Iddah karena suami wafat
a.       Bagi istri yang sedang tidak hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang wafat atau belum, massa ‘iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari.
b.      Bagi istri yang sedang hamil, masa ‘iddahnya adalah sampai melahirkan.
2.      ‘Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’
a.       Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai dengannya, tidak ada masa ‘iddah.
b.      Bagi istri yang sudah campur, masa ‘iddahnya adalah:
·         Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa ‘iddahnya ialah tiga kali suci.
·         Bagi istri yang sudah menopause, masa ‘iddahnya adalah tiga bulan.
·         Bagi istri yang sedang mengandung, masa ‘iddahnya ialah sampai dengan melahirkan kandungannya.

9.      Rujuk
Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana semula, selama istrinya masih berada dalam masa ‘iddah raj’iyah.
Hukum rujuk asalnya mubah, artinya bolehrujuk boleh pula tidak. Akan tetapi hukum rujuk bisa berubah, sebagai berikut:
a.       Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena Allah, untuk memperbaiki sikap dan perilaku serta bertekad untuk menjadikan rumah tangganyasebagai rumah tangga bahagia.
b.      Wajib, misalnya bagi suami yang mentalak salah seorang istrinya, sedangkan sebelum mentalaknya, ia belum menyempurnakan pembagian waktunya.
c.       Makruh (dibenci), apabila meneruskan perceraian lebih bermanfaat daripada rujuk.
d.      Haram, misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri atau mendurhakai Allah SWT.
Rukun rujuk ada empat macam, yaitu:
1.      Istri sudah  bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada pada masa ‘iddah raj’iyah.
2.      Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
3.      Ada dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil.
4.      Ada sigat atau ucapan rujuk.

B.     HIKMAH PERNIKAHAN
Fuqaha (ulama fiqih) menjelskan tentang hikmah-hikamh pernikahan yang islami, antara lain:
1.      Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai Allah, dan menghindari cara yang dimurkai Allah.
2.      Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridai Allah untuk memperoleh anak serta mengembangkan keturunan yang sah.
3.      Melalui pernikahan, suami-istri harus saling bertanggung jawab dalam mengurus keluarga.
4.      Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri.

C.    PERKAWINAN MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDINESIA
Perkawinan diatur dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 154/1991 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden RI NO. 1/1991 tanggal 10 Juni 1991 mengenai Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan.

1.      Pengertian dan Tujuan Perkawinan
Dalam pasal 2 dan pasal 3 dari Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa pengertian perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan galizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Tujuan perkawinan ialah untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

2.      Sahnya Perkawinan
Dalam pasal 4 Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UU RI No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yang menegaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

3.      Pencatatan Perkawinan
Dalam pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum di Bidang Hukum Perkawinan dijelaskan:
·         Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
·         Pencatatan perkawinan dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah.
·         Agar pelaksanaan pencatatan perkawinan itu dapat berlangsung dengan baik, maka setiap perkawinan harus dilaksanakan dihadapan dan dibawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.
·         Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.

4.      Akta Nikah
Dalam pasal 7 ayat (1) dari Kompilasi Hukum Islam dibidang hukum perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.
Akta Nikah atau Buku Nikah (Surat Nikah) adalah surat keterangan yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah yakni KUA Kecamatan.
Surat nikah tersebut ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Nikah diatas materai dan distempel, lalu diserahkan kepada kedua mempelai yang telah melakukan akad nikah.

5.      Kawin Hamil
Dalam pasal 53 ayat (1), (2), dan (3) dari Kompilasi Hukum Islam dibidang perkawinan dijelaskan:
1)      Seorang wanita hamil diluar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya.
2)      Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
3)      Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak lahir.




BAB 6
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


A.    MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
·         Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriyah (kira-kira abad 8 Masehi
·         Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur. Yaitu:
a.       Jalur utara dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) - Damaskus - Baghdad - Gujarat (pantai barat India) - Srilangka – Indonesia
b.      Jalur Selatan dengan rute: Arab (mekah dan Madinah) - Yaman - Gujarat - Srilangka – indonesia

Dalam waktu yang tidak terlalu lama islam sudah tersebar di Indonesia. Hal itu disebabkan antara lain:
·         Adanya dorongan kewajiban bagi setiap muslimin khususnya para ulama untuk berdakwah mensyiarkan Islam.
·Ø¨َÙ„ِّغُوا Ø¹َÙ†ِّÙ‰ ÙˆَÙ„َÙˆْ Ø¢ÙŠَØ©ً...... (رواه Ø§Ù„بخارى)
·Artinya: “Sampaikanlah apa-apa dariku walaupun satu ayat…”
·         Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah untuk berdakwah secara terus menerus kepada keluarga, tetangga dan masyarakat sekitarnya
·         Persyaratan masuk islam sangat mudah, seseorang telah dianggap masuk islam hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat
·         Ajaran islam mengajarkan tidak ada sistem kasta. Yang membedakan hanyalah takwa
·         Banyak raja-raja yang telah masuk islam ikut berperan aktif dalam menyebarkan dakwah islam

B.     PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
1.      Sumatera
a)      Daerah pertama kali yang di masuki islam adalah sumatera bagian utara. Disana terletak di tepi selat Malaka tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.
b)      Para pedagang tinggal cukup lama bahkan bayak yang menikah dengan wanita pribumi yang kemudian membentuk keluarga muslim.
c)      Para pedagang tidak hanya dakwah kepada rakyat saja pun berdakwah kepada raja-raja kecil yang ada di bandar-bandar sepanjang sumatera Utara.
d)     Puncak penyebaran islam adalah dengan berdirinya kerajaan islam pertama yaitu samudra pasai pada tahun 1261 M.

2.      Jawa
a)      Tidak diketahui persis kapan islam masukke Jawa. Hanay saja penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di Leran/Gresik wafat tahun 1101 M dapat dijadikan patokan kedatangan islam di Jawa.
b)      Abad ke 13 hingga abad-abad berikutnya banyak menyimpan bukti bahwa islam sudah tersebar di jawa dan tidak hanya menyentuh kalangan rakyat biasa saja. Kalangan raja pun tersentuh. Dengan di temukannya nisan makam muslim di Trowulan yang letaknya dekat dengan kompleks makam para bangsawan Majapahit.
c)      Untuk masa-masa selanjutnya penyebaran islam di Jawa dilakukan oleh para ulama dan muballigh yang kemudian terkenal denan sebutan Wali Songo.

3.      Sulawesi
a)      Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 menurut berita tom pires, sudah didatangi oleh para pedagang muslim dari Sumatera.
b)      Kerajaan besar yang terkenal dan akhirnya menjadi kerajaan islam adalah Gowa tallo.
c)      Perubahan menjadi kerajaan islam ini berkat jasa dari Dato Ribandang dan Dato Sulaemana yang intensif menyebarkan islam sampai raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk islam dan berganti nama menjadi sultan Alaudin
d)     Setelah menjadi kerajaan islam, kerajaan Gowa intensif melakukan penaklukan ke kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya dan mendapatkan hasil yang gemilang
e)      Sejak saat itu Gowa menjadi tempay transit yang ramai di kunjungi dari berbagai mancanegara.

4.      Kalimantan
a)      Sebelum islam masuk ke Kalimantan, kerajaan yang bercorak hindu sudah banyak dan berpusat di negara Dipa, Daha dan Kahuripan.
b)      Kerajaan Daha sepeninggal Maha raja Sukarama terjadi polemik keluarga siapa yang berhak menjadi Raja antara pangeran Tumenggung dan pangeran Samudera.
c)      Pangeran Samudera oleh para pengikut stianya di daulat menjadi raja dan mendirikan pemerintahan yang membawahi daeah masik, Balit, Muhur, Kuwin dan Balitung yang terletak di hilir sungai Nagara.
d)     Pangeran samudera meminta bantuan kerjaan demak untuk memrangi kerajaan Daha. Jika menang maka mereka bersedia untuk masuk islam. Peristiwa ini terjadi tahun 1550 M.
e)      Setelah menang pangeran samudra masuk islam dan memindahkan ibukota kerajaan ke Banjarmasin.

5.      Maluku dan Sekitarnya
a)      Abad ke 15 M islam telah masuk da berkembang di ke Maluku.
b)      Raja-raja di Maluku yang masuk Islam di antaranya:
·         Raja Ternate (sultan Mahrum thn. 1465 – 1486) dan sultan Zaenal Abidin yang besar jasanya menyebarkan islam sampai irian bahkan Filiphina.
·         Raja Tidore (sultan Jamaludin)
·         Raja Jailolo (sultan Hasanuddin)
·         Raja Bacan (sultan Zaenal Abidin)
c)      Selain Maluku, Islam pun masuk ke Irian di daerah Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.

C.    HIKMAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
1.      Masa Penjajahan
a)      Dengan mengakarnya ajaran islam di masyarakat indonesia mampu mengubah cara berpikir masyarakat yang dulunya bersifat sektarian menjadi berjiwa nasionalis.
b)      Sikap nasionalis di tandai dengan lahirnya organisasi yang bernama Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan berlanjut kepada sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
c)      Semboyan yang diajarkan islam yang berbunyi “Islam adalah agama damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” mampu mendorong masyarakat indonesia untuk melakukan usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan bagsa ini dengan berbagai cara.
d)     Masyarakat islam menyadari dengan membela negara dan mempertahankan kemerdekaan sama dengan Jihad fi sabilillah yang akan berbalas surga.

2.      Masa Perang Kemerdekaan
a)      Para Ulama terpanggil untuk menyiapkan kader umat islam. Banyak diantaranya ada yang mendirikan organisasi atau pun pondok pesantren
b)      Banyak organisasi yang berbasis islam yang bermunculan. Diantaranya:
Serikat dagang islam yang berubah menjadi Serikat Islam, Muhammadiyah, Nahdhotul Ulama (NU).
c)      Ada juga yang mendirikan pondok pesantren. Para kadernya dididik dengan pengetahuan agama yang menggunakan kitab bahasa arab yang tidak berharakat atau biasa dikenal dengan kitab kuning.

3.      Masa Pembangunan
a)      Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi, berbudi luhur dan bertakwa kepada Allah swt.  Dengan cara mendirikan amal usaha yang berbasis pendidikan.
b)      Melakukan usaha-usaha dibidang kesehatan dan kesejahteraan dengan cara mendirikan rumah sakit, poliklinik, yang memiliki standar sebagai tempat perawatan terhadap orang-orang yang sakit, panti asuhan dan Pos Santunan Sosial.
c)      Memberikan fatwa dan nasihat untuk umat islam berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran islam. Ini semua dilakukan agar terjaga kemurnian ajaran agama islam
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Tulisan Khozin_99 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger