BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan fenomena yang diteliti.Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Kiranya sudah saatnya mengarusutamakan penelitian paradigma kualitatif pada skripsi mahasiswa, tidak terkecuali bidang geografi yang bernaung di bawah ilmu sosial. Diakui atau tidak paradigma kualitatif lebih menyentuh pengembangan kemanusiaan pada kajian ilmu sosial. Yang paling penting adalah mengenalkan kedua paradigma tersebut secara luas, supaya dapat menumbuhkan kreativitas dalam penelitian termasuk skripsi dan tentunya penelitian yang lebih memberikan manfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang hakikat penelitian, metode ilmiah dan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan :
1. Bagaimana hakikat penelitian ?
2. Apa yang dimaksud metode ilmiah ?
3. Bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk menegtahui bagaimana hakikat penelitian ?
2. Untuk menegtahui apa yang dimaksud metode ilmiah ?
3. Untuk menegtahui bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Penelitian
“Hakikat penelitian dapat diartikan sebagai penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis tantang fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena itu.”[1] “Dari definisi diatas, ada dua hal yang perlu ditekankan.Pertama, penelitian ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol. Kedua, penyelidikan bersifat empiris”.[2] Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Pembahasan utama dalam penelitian disebut sebagai "masalah penelitian". Masalah penelitian muncul karena adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Das Sein dan Das Sollen, apa yang ada dan apa yang seharusnya ada.
Kebenaran yang berlaku dalam sebuah penelitian adalah "kebenaran ilmiah". Hasil penelitian saat ini mungkin hanya benar pada saat ini dan pada saat lain kebenaran sudah tidak relevan. Motivasi dan tujuan dari sebuah penelitian adalah keinginan untuk memecahkan masalah dan pemuasan rasa ingin tau atas fenomena yang dihadapi.
B. Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya
Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Senn, memandang metode sebagai prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.[3] Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Sementara itu, metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.[4] Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian maka metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya.[5] Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
a. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
b. Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
c. Empirik.
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
· Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
· Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
· Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
d. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintangatau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur. Langkah – Langkah Metode Ilmiah:
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah penelitian dapat di ambil dari masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda mati maupun makhluk hidup. Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu melakukan identifikasi masalah. Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama, maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam menyelesaikan penelitian kita.
b. Perumusan Hipotesis
Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada saat itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang kita buat mungkin saja salah.
c. Perancangan Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian. Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif, misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo pada tahun 2008. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap.
d. Pelaksanaan Penelitian
Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
e. Pelaporan Penelitian
Hasil penelitian adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
C. Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan ilmiah (Ihalauw, 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.
a. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquirytertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap fakta atau peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi teori pada ranah abstrak. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif yaitu penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksi simbolik, perspektif kedalam, etnometodologi, studi kasus, interpratatif, ekologis, dan deskriptif.[6]Secara lebih sederhana Yunus (2009) membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan pada proses, sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali lagi, pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan kuantitatif. Salah satunya disajikan pada Tabel di bawah ini.
Asumsi
|
Pertanyaan
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Ontologis
|
Apa realitas?
|
Obyektif, tunggal, terpisah dari peneliti
|
Subyektif, ganda, seperti yang dilihat penelti
|
Episto-mologis
|
Hubungan peneliti dengan objek?
|
Peneliti independen
|
Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti
|
Aksiologis
|
Peranan nilai ?
|
Bebas nilai dan tidak bias
|
Terikat nilai dan bias
|
Retorik
|
Bahasa penelitian?
|
· Formal;
· melibatkan seperangkat definisi
|
· Informal;
· melibatkan keputusan-keputusan
|
Metodologis
|
Proses penelitian?
|
·Deduktif;
·Hubungan sebab akibat;
·Rancangan statis;
·Bebas konteks;
·Generalisasi yang mengarah prediksi, eksplorasi, pemahaman;
·Akurasi & reliabel lewat uji
|
· Induktif;
· Faktor terbentuk secara silmutan timbal balik;
· Rencana berkembang;
· Terikat konteks;
· Pola & teori untuk pemahaman;
· Akurasi & reliabel lewat pembuktian
|
Sumber : Modifikasi Cresswel, 2000 dalam Slamet 2006
Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan yang saling berlawanan antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Difinisi paradigma di atas menyebutkan bahwa paradigma memberikan pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat. Paradigma akan mempengaruhi pandangan seseorang atau komunitas apa yang adil atau tidak adil, apa yang baik dan tidak baik (Fakih, 2002). Lebih lanjut ditegaskan bahwa melalui paradigma akan ada dua orang atau komunitas melihat suatu realitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, dan sikap yang berbeda. Dengan demikian jelas sekali bahwa paradigma sangat berpengaruh terhadap teori dan analisis yang dianut seseorang atau komunitas dalam mengambil kebijakan dan keputusan. Habermas membagi paradigma ilmu sosial menjadi tiga yaitu instrumental knowledge, hermeneutic knowledge, dan critical/emancipatory knowledge (Fakih, 2002). Instrumental knowledgeberakar pada paham positivisme yang berpandangan bahwa ilmu sosial dikembangkan dari pandangan, metode, dan teknik ilmu alam dalam memahami realitas. Dalam rangka memahami objektivitas atas realitas sosial dalam metode ilmiah, maka harus dipisahkan antara fakta dengan nilai. Pandangan instrumental knowledge ini termasuk dalam paradigma kuantitatif. Aplikasi dalam kehidupan sosial kita sangat nyata, yaitu banyak kehidupan berinstrumen pada angka-angka yang dianalisis secara statistik. Misalnya untuk mengukur kepandaian seseorang diukur dari nilai raport, nilai ujian nasional, indeks prestasi. Kebijakan pemerintah dalam mengukur keberhasilan pembangunan juga didasarkan pada angka-angka, seperti pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, indek kesejahteraan dan lainnya, tidak terkecuali penelitian-penelitian ilmiah bidang sosial yang banyak dilakukan oleh perguruan tinggi.
Sementara itu hermeneutic knowledge dan critical/emancipatory knowledge ini masuk dalam paradigma kualitatif. Seringkali Hermeneutic knowledge disemboyankan dengan “biarlah fakta berbicara atas nama dirinya sendiri” (Fakih, 2002). Sementaracritical/emancipatory knowledge dipahami sebagai proses untuk memanusiawikan manusia, sehingga dalam analisis suatu kajian ilmiah harus berpihak kepada perbaikan kehidupan manusia.
Pada dasarnya paradigma kualitatif melihat bahwa realitas sosial harus dipahami dari ilmu sosial dan keberpihakan pada manusia, bukan seperti paradigma kuantitatif yang melihat realitas sosial dengan pendekatan ilmu alam. Dalam fakta kehidupan saat ini paradigma kuantitatif jauh lebih mewarnai daripada paradigma kualitatif. Realitas soaial hasil kajian paradigma kuantitatif juga bisa disaksikan dalam kehidupan kita. Akan tetapi, untuk ketiga kalinya dalam tulisan ini menyebutkan penjelasan paradigma, bahwa paradigma memberikan pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat. Antara paradigma kualitatif dan kuantitatif, mana yang lebih bermanfaat bagi khususnya ilmu sosial ? Pendekatan apa yang tepat untuk mengkaji dan memahami anarkisme dalam masyarakat, ketimpangan kesejahteraan, adaptasi masyarakat terhadap bencana, patologi sosial, dan banyak lagi permasalahan sosial kemasyarakatan dalam ruang muka bumi ?
c. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926). Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi. Secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Koheren berarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondensi berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Secara garis besar, paradigma penelitian kuantitatif mencakup :
· Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
· Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
· Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
· Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti / berorientasi kepada hasil.
· Bebas nilai dan tidak bias.
· Pendekatan deduktif.
· Pengujian teori dan analisis kuantitatif (menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan ilmiah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya harus memahami dan mengerti dalam ilmu metodologi penelitian terkhusus dalam mengetahui hakikat dari pada penelitian, metode ilmiah dan istilah yang lain agar dalam penyususnan skripsi maupun tesis tidak banyak terdapat kendala.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. (Jakarta: Kencana, 2006)
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian. (Metro: Aneka printing, 2008)
Fakih, M., Jalan Lain (Manifesto Intelektual Organik. (Yogyakarta: Insist Press, 2002)
Fred N, Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Editor H.J. Koessosemanto. (Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press, 1990)
Ihalauw, J. J. O. I., Bangunan Teori. (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2004)
Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya, Sosiologi. (Surakarta: UNS Press, 2007)
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990)
Petter R. Senn, Sosial Science ang Its Methods. (Boston:, Holbrook, 1981)
Robert Bogdan dan S. Knop Biklen, Qualitative Research for education: An Introduction to theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982)
Somantri, Gumilar R, Memahami Metode Kualitatif. (Jurnal Makara: Sosial Humaniora, vol. 9, 2005)
Tim Direktorat Akademik, Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (Jakarta,ttp, 2008)
[1] Fred N, Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Editor H.J. Koessosemanto. (Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press, 1990), h. 17.
[2] Ed Kusnadi, Metodologi Penelitian. (Metro: Aneka printing, 2008), h. 5.
[3] Petter R. Senn, Sosial Science ang Its Methods. (Boston:, Holbrook, 1981), h. 4
[4] Ibid., h. 6.
[5] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), h. 13.
[6] Robert Bogdan dan S. Knop Biklen, Qualitative Research for education: An Introduction to theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982), h. 8.
0 komentar:
Post a Comment