Imam Ahmad pernah ditanya, "Mana yang lebih baik, mencari ilmu dengan cukup berguru kepada seorang ulama yang memiliki banyak ilmu atau dengan melakukan perjalanan untuk menemui banyak ulama dan menyerap ilmu dari mereka?"
la menjawab, "Dengan melakukan perjalanan dan mencatat dari para ulama yang tersebar di berbagai tempat."
Abu Yakub (251 H) salah seorang murid Imam Ahmad akhirnya rela berjalan dari Naisabur, Iran, menuju Bagdad, Irak. Meskipun akhirnya ia mendengar bahwa sang guru meralat pendapatnya, padahal Abu Yakub r.a. sudah menulis pendapat tersebut dalam kitabnya.
Tetapi, memang demikianlah niat para ulama terdahulu dalam mencari ilmu. la rela berjalan jauh meskipun harus ditempuh berhari-hari.
Semangat mencari ilmu hingga rela menempuh jarak ribuan kilo juga dilakukan oleh Abu Fityan alias Abu Umar Rawashi (503 H). la berguru kepada 3.600 orang. Sungguh luar biasa. la memang menggunakan waktu hidupnya untuk berkelana mencari ilmu.
Oleh karena itu, ia diberi gelar Hafizh Al-Jawwal yang hartinya penghafal hadis yang berkelana. Adapun negara-negara yang pernah ia kunjungi adalah Khurasan, Irak, Syam (mencakup Syiria, Palestian, Lebanon, dan Yordania), Hijaz (meliputi Mekah, Medinah, dan Tabuk), dan Mesir.
Iman Dzahabi menceritakan bahwa Abu Umar kehilangan jari-jemarinya di saat ia melakukan perjalanan disebabkan suhu udara yang terlampau dingin.
Begitu pula yang dialami oleh Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamahsyari (538 H). la kehilangan kakinya ketika melakukan perjalanan dengan berjalan kaki di Khawarizmi, sebuah kota di Uzbekistan.
Saat itu udara sangat dingin karena badai salju. Namun, semangatnya tidak surut. la terus mengembara dengan menggunakan tongkat kayu. Allahu Akbar!
Ada pula Ya'kub bin Sufyan Al-Farisi (277 H) yang mendedikasikan dirinya untuk mencari ilmu dengan mengembara selama 30 tahun. Jumlah gurunya mencapai 1.000 orang dan semuanya tsiqah (tepercaya).
Suatu malam di musim panas, ia menulis dengan diterangi cahaya obor. Tiba-tiba air matanya meleleh keluar, akibatnya ia tidak bisa melihat apa-apa.
Rupanya ia mengalami gangguan pada indra penglihatannya karena terlalu dipaksakan untuk membaca dengan pencahayaan yang remang-remang. la pun menangis. "Aku menangis karena tidak bisa kembali ke negeriku dan hilang kesempatanku untuk melakukan perjalanan," ungkapnya sedih.
la pun tertidur karena begitu lelahnya. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu denganRasulullah saw. Di sana beliau bertanya, "Wahai Ya'kub, mengapa kau menangis?"
Ya'kub menjawab, "Aku telah kehilangan penglihatanku sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Kemudian dalam mimpi tersebut Rasulullah saw. menyuruh Ya'kub mendekat kepada beliau, lalu mengusapkan tangannya ke mata Ya'kub. Seketika itu juga Ya'kub terbangun dari tidurnya dengan penglihatan yang telah normal kembali. la pun kembali berkutat dengan tulisannya.
Subhanallah, betapa Allah SWT dan Rasul-Nya begitu mencintai mukmin yang giat mendalami ilmu.
la menjawab, "Dengan melakukan perjalanan dan mencatat dari para ulama yang tersebar di berbagai tempat."
Abu Yakub (251 H) salah seorang murid Imam Ahmad akhirnya rela berjalan dari Naisabur, Iran, menuju Bagdad, Irak. Meskipun akhirnya ia mendengar bahwa sang guru meralat pendapatnya, padahal Abu Yakub r.a. sudah menulis pendapat tersebut dalam kitabnya.
Tetapi, memang demikianlah niat para ulama terdahulu dalam mencari ilmu. la rela berjalan jauh meskipun harus ditempuh berhari-hari.
Semangat mencari ilmu hingga rela menempuh jarak ribuan kilo juga dilakukan oleh Abu Fityan alias Abu Umar Rawashi (503 H). la berguru kepada 3.600 orang. Sungguh luar biasa. la memang menggunakan waktu hidupnya untuk berkelana mencari ilmu.
Oleh karena itu, ia diberi gelar Hafizh Al-Jawwal yang hartinya penghafal hadis yang berkelana. Adapun negara-negara yang pernah ia kunjungi adalah Khurasan, Irak, Syam (mencakup Syiria, Palestian, Lebanon, dan Yordania), Hijaz (meliputi Mekah, Medinah, dan Tabuk), dan Mesir.
Iman Dzahabi menceritakan bahwa Abu Umar kehilangan jari-jemarinya di saat ia melakukan perjalanan disebabkan suhu udara yang terlampau dingin.
Begitu pula yang dialami oleh Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamahsyari (538 H). la kehilangan kakinya ketika melakukan perjalanan dengan berjalan kaki di Khawarizmi, sebuah kota di Uzbekistan.
Saat itu udara sangat dingin karena badai salju. Namun, semangatnya tidak surut. la terus mengembara dengan menggunakan tongkat kayu. Allahu Akbar!
Ada pula Ya'kub bin Sufyan Al-Farisi (277 H) yang mendedikasikan dirinya untuk mencari ilmu dengan mengembara selama 30 tahun. Jumlah gurunya mencapai 1.000 orang dan semuanya tsiqah (tepercaya).
Suatu malam di musim panas, ia menulis dengan diterangi cahaya obor. Tiba-tiba air matanya meleleh keluar, akibatnya ia tidak bisa melihat apa-apa.
Rupanya ia mengalami gangguan pada indra penglihatannya karena terlalu dipaksakan untuk membaca dengan pencahayaan yang remang-remang. la pun menangis. "Aku menangis karena tidak bisa kembali ke negeriku dan hilang kesempatanku untuk melakukan perjalanan," ungkapnya sedih.
la pun tertidur karena begitu lelahnya. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu denganRasulullah saw. Di sana beliau bertanya, "Wahai Ya'kub, mengapa kau menangis?"
Ya'kub menjawab, "Aku telah kehilangan penglihatanku sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Kemudian dalam mimpi tersebut Rasulullah saw. menyuruh Ya'kub mendekat kepada beliau, lalu mengusapkan tangannya ke mata Ya'kub. Seketika itu juga Ya'kub terbangun dari tidurnya dengan penglihatan yang telah normal kembali. la pun kembali berkutat dengan tulisannya.
Subhanallah, betapa Allah SWT dan Rasul-Nya begitu mencintai mukmin yang giat mendalami ilmu.
http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/02/menempuh-ribuan-kilo-demi-llmu.html
0 komentar:
Post a Comment