Demi Waktu dan Dinamisasi Diri
Oleh Imam Ratrioso Psi
Psikolog dan Direktur Safaro Consulting
Dalam pandangan kita, waktu mungkin bisa hadir dengan banyak rupa, tergantung sejauh mana kita berakraban dengannya. Ketika kita mengamati betapa ia setiap saat berlalu atau melewati kita tanpa pernah menyapa dengan ramah, kesan angkuh akan segera terasa.
Waktu hadir begitu saja, seolah ia hanya menjalankan tugas dari Yang Mahakuasa untuk sekadar hadir, tak peduli apakah mau bersikap ramah atau cuek. Ia melakukan hal yang sama, sejak dahulu, dalam satuan-satuan yang kita kenal: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, windu, abad, dan seterusnya.
Dalam dimensi ruang, waktu melengkapi sesuatu yang sudah pasti dan tak mungkin berubah, yaitu pergerakan dan perubahan. Manusia diberi kesempatan untuk mengisi, memanfaatkan, serta memaksimalkan kapabilitas dirinya, untuk kemudian akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Begitu pentingnya kedudukan waktu, sampai-sampai Allah Swt menjadikan waktu sebagai salah satu sumpah-Nya. Sumpah ini merupakan penanda dan pemberi peringatan kepada manusia tentang kondisi kehidupan yang akan mereka jalani, seperti yang sering kita baca dalam surah al-Ashr.
Manusia Beruntung
Kerugian menjadi tema utama dalam surah al-Ashr. Jika tidak mampu memanfaatkan waktu dengan baik dan benar, kita bisa saja terjerumus dalam kerugian—baik di dunia maupun akhirat.
Oleh karena itu, kita dihimbau untuk menghindari kerugian dan bersegera meraih keberuntungan, yaitu dengan keimanan, bekerja (amal), dan saling menasihati. Inilah kunci menjadi manusia yang beruntung.
Keimanan merupakan landasan yang paling penting bagi seseorang dalam menghadapi kehidupan ini. Iman kepada Allah Swt menjadi sumber dan lentera yang akan menerangi perjalanan hidup manusia. Tanpa iman yang kuat, manusia akan tersesat dalam rimba kehidupan yang penuh onak dan duri.
Dalam istilah motivasi, iman bisa diartikan sebagai rasa percaya pada diri sendiri dan percaya pada alam semesta. Kita telah dianugerahi kelebihan-kelebihan positif oleh Yang Mahakuasa yang bisa dimaksimalkan dalam bentuk kerja nyata. Sedangkan alam semesta akan mendukung dan menyediakan apa yang kita butuhkan dalam hidup ini.
Bekerja atau beramal bisa juga kita maknai sebagai profesionalisme. Bekerja dengan sebaik-baiknya, melampaui kemampuan rata-rata, mengikuti disiplin, menerapkan etos kerja terbaik, hingga menyusun rencana dan target yang ingin dicapai adalah sebagian dari aspek-aspek yang menjadi indikator profesionalisme.
Sedangkan saling menasihati mengandung makna bagaimana seseorang mampu menjalin silaturahim dengan orang lain, sekaligus membangun jaringan kerja yang kondusif. Dari situ, tolong menolong dan tukar menukar informasi, dalam bentuk apapun, menjadi mudah terjadi yang tentu akan memperlancar pekerjaan dan kehidupan kita.
Mendinamiskan Diri
Karakter utama waktu adalah perubahan dan pergerakan. Adapun cara terbaik memanfaatkan waktu adalah dengan mengikuti karakter itu. Jika tidak diikuti, perubahan dan pergerakan waktu itulah yang justru akan meninggalkan dan menggilas kita.
Fleksibilitas dan dinamis menjadi kata kuncinya. Fleksibilitas mengajarkan kepada kita bagaimana kita mampu dengan cepat beradaptasi dengan semua perubahan, baik perubahan waktu, keadaan-situasi, fisik, ekonomi, hingga pertambahan usia kita.
Sedangkan dinamis adalah bagaimana kita mau berpacu dengan diri kita sendiri untuk sebisa mungkin mengikuti perubahan yang tengah berlangsung. Dinamisasi diri ini akan melahirkan pergerakan diri yang terus berinovasi dan kreatif.
Dinamisasi diri ini sebenarnya sudah diterapkan dengan sangat baik oleh almamater tercinta kita, Pondok Modern Gontor. Aktivitas yang begitu banyak, dari bangun pagi hingga menjelang tidur di malam hari, diimbangi dengan penegakan disiplin yang ketat akan membentuk karakter pribadi yang dinamis.
Kepribadian yang dinamis adalah bentuk lain dari pengejewantahan ajaran Faidza Faraghta Fanshab, apabila telah selesai melakukan sebuah pekerjaan, maka segeralah lakukan pekerjaan lain. Inilah bentuk nyata dari inovasi dan kreativitas, tak pernah berdiam diri dan statis.
Jika dinamisasi diri ini telah mengkristal dan menjadi karakter seseorang, maka kerugian yang disinggung oleh surah al-Ashr akan terhindar. Sebaliknya, justru semakin mendekatkan kita pada kondisi manusia yang beruntung. Semoga.
Sumber : http://www.majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=574:demi-waktu-dan-dinamisasi-diri-&catid=60:motivasi&Itemid=122
0 komentar:
Post a Comment