SEJARAH WALI SONGO (BAGIAN I)
WALI SONGO ADALAH KETURUNAN NABI SAW.
Pertamakalinya silsilah Wali Songo ditemukan oleh as-Sayyid al-Habib Ali bin Ja’far Assegaf, seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat Tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 Hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur yang mengajarkan ilmu ushuluddin dan al-Quran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang ‘Alawiyyin bernama Sayyid Jamaluddin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Disamping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.
Mendengar adanya silsilah Wali Songo tersebut, Dr. Gobbe dari Voor Inlandsche Zaken mendesak akan mengambilnya. Tetapi Sayyid Ali bin Ja’far Assegaf mengelak dan mengatakan bahwa silsilah tersebut tidak ada. Sebelum wafat, beliau berpesan agar apapun yang berkenaan dengan silsilah dan hasil sensus ‘Alawiyin yang telah dilaksanakannya agar dijaga dengan baik.
Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan ‘Alawiyyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut. Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki ‘Amm al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik inilah yang keturunannya dikenal dengan Azhamat Khan, menurunkan leluhur Wali Songo di Indonesia.
Abdul Malik bin Alwi lahir di Kota Qasam tahun 574 Hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayyid ‘Alawiyyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya Sayyid Amir Khan Abdullah. Sayyid Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’adzdzam Syah Maulana Ahmad. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husain yang datang ke pulau Jawa dari Kamboja. Jamaluddin Husain hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu Syarif Qamaruddin, Syarif Majduddin dan Syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke-7 Hijriyah.
Di Kamboja Jamaluddin Husain menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Asmoro). Menurut Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf dalam kitabnya Khidmat al-‘Asyirah, Ali Nurul Alam dikarunia anak bernama Abdullah. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk.
Sedangkan ayahnya, Jamaluddin Husain, meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit. Dari Pajaran Jamaluddin Husain melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel. Di desa itulah Sayyid Jamaluddin Husain menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.
Ibrahim al-Ghazi yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Kamboja dan menikah di sana. Beliau dikarunia dua orang anak yaitu Maulana Ishaq dan Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel). Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayyid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Banyuwangi. Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri Raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama Sayyid ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri/Raden Paku). Sunan Ampel dikarunia anak bernama Maulana Hasyim (Sunan Drajat), Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Maulana Ja’far Shadiq (sunan Kudus) dan Ahmad Hisan (Sunan Lamongan).
Adapun Wali Songo yang lain seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga dan Sunan Muria, menurut beberapa pendapat bukanlah keturunan Muhammad Shahib Mirbath. Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim keturunan dari Zainal Abidin bin Husain. Pendapat lain mengatakan beliau dari Kota Kasyan, Persia. Begitu pula dengan silsilah Sunan Kali Jaga terdapat perbedaan di kalangan para pakar sejarah Wali Songo. Sebagian mengatakan, bahwa ia seorang dari suku Jawa asli. Sebagian pakar lain mengatakan bahwa ia bernama Zainal Abidin putra Sunan Ampel. Sama halnya dengan Sunan Muria, ada yang mengatakan ia anak dari Sunan Kali Jaga dan pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib.
#Mohon dikoreksi, soalnya ini mau dibikin buku Panduan Ziarah Wali Songo. [Bersambung]
Sumber : Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara dan https://www.facebook.com/gusdurhumor?fref=ts
WALI SONGO ADALAH KETURUNAN NABI SAW.
Pertamakalinya silsilah Wali Songo ditemukan oleh as-Sayyid al-Habib Ali bin Ja’far Assegaf, seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat Tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 Hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur yang mengajarkan ilmu ushuluddin dan al-Quran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang ‘Alawiyyin bernama Sayyid Jamaluddin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Disamping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.
Mendengar adanya silsilah Wali Songo tersebut, Dr. Gobbe dari Voor Inlandsche Zaken mendesak akan mengambilnya. Tetapi Sayyid Ali bin Ja’far Assegaf mengelak dan mengatakan bahwa silsilah tersebut tidak ada. Sebelum wafat, beliau berpesan agar apapun yang berkenaan dengan silsilah dan hasil sensus ‘Alawiyin yang telah dilaksanakannya agar dijaga dengan baik.
Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan ‘Alawiyyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut. Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki ‘Amm al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik inilah yang keturunannya dikenal dengan Azhamat Khan, menurunkan leluhur Wali Songo di Indonesia.
Abdul Malik bin Alwi lahir di Kota Qasam tahun 574 Hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayyid ‘Alawiyyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya Sayyid Amir Khan Abdullah. Sayyid Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’adzdzam Syah Maulana Ahmad. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husain yang datang ke pulau Jawa dari Kamboja. Jamaluddin Husain hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu Syarif Qamaruddin, Syarif Majduddin dan Syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke-7 Hijriyah.
Di Kamboja Jamaluddin Husain menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Asmoro). Menurut Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf dalam kitabnya Khidmat al-‘Asyirah, Ali Nurul Alam dikarunia anak bernama Abdullah. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk.
Sedangkan ayahnya, Jamaluddin Husain, meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit. Dari Pajaran Jamaluddin Husain melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel. Di desa itulah Sayyid Jamaluddin Husain menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.
Ibrahim al-Ghazi yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Kamboja dan menikah di sana. Beliau dikarunia dua orang anak yaitu Maulana Ishaq dan Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel). Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayyid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Banyuwangi. Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri Raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama Sayyid ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri/Raden Paku). Sunan Ampel dikarunia anak bernama Maulana Hasyim (Sunan Drajat), Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Maulana Ja’far Shadiq (sunan Kudus) dan Ahmad Hisan (Sunan Lamongan).
Adapun Wali Songo yang lain seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga dan Sunan Muria, menurut beberapa pendapat bukanlah keturunan Muhammad Shahib Mirbath. Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim keturunan dari Zainal Abidin bin Husain. Pendapat lain mengatakan beliau dari Kota Kasyan, Persia. Begitu pula dengan silsilah Sunan Kali Jaga terdapat perbedaan di kalangan para pakar sejarah Wali Songo. Sebagian mengatakan, bahwa ia seorang dari suku Jawa asli. Sebagian pakar lain mengatakan bahwa ia bernama Zainal Abidin putra Sunan Ampel. Sama halnya dengan Sunan Muria, ada yang mengatakan ia anak dari Sunan Kali Jaga dan pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib.
#Mohon dikoreksi, soalnya ini mau dibikin buku Panduan Ziarah Wali Songo. [Bersambung]
Sumber : Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara dan https://www.facebook.com/gusdurhumor?fref=ts
0 komentar:
Post a Comment