Ada orang tua yang memilih mempercayakan anak balitanya ke handphone, membiarkan anaknya menyaksikan layar mungil dengan khusyu.
Ada juga yang membatasi anak dari handphone mengingat radiasi plus kontennya yang tidak semua baik. Perbedaan pilihan itu karena perbedaan apa yang dianggap penting.
Ada yang menganggap, yang penting anak anteng sehingga orang tua bisa jualan online dengan tenang, bisa menghasilkan uang yang banyak. Toh hasil jualan online buat anak juga.
Ada lagi yang menganggap pendidikan anak usia dini itu penting sebab menjadi pondasi kesuksesan anak kelak. Karenanya orang tua mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilihat anak.
Antara uang dan anak, ada yang menganggap penting uang sebab dengan uang, bisa memenuhi kebutuhan anak. Maka ada orang tua meninggalkan anak seharian, membiarkan anak diasuh orang lain atau handphone.
Tapi ada juga yang menganggap penting anak, sebab momen yang disebut "masa kanak-kanak" tidak akan berulang, hanya sekali, kalau terlewat tak bisa balik lagi.
Maka ada orang tua memilih mengasuh anak, meskipun kesempatan kerja terbuka lebar. Atau memilih pekerjaan sebagai aktivitas ketiga setelah anak dan rumah.
Setiap keputusan ada dampaknya. Dampak mempercayakan handphone sebagai pengasuh anak dan dampak mengasuh anak secara langsung sama-sama ada resikonya.
Salahnya orang tua adalah jalan saja tanpa mengenali resikonya dari awal. Tahu-tahu saat anak mudah emosi, perintah ortu sering diabaikan, merasa anak yang salah. Padahal itu adalah resiko menjadikan handphone sebagai pengasuh anak.
Atau mengeluh repot mengasuh anak, pekerjaan tidak bisa fokus, target penjualan tidak tercapai. Padahal itu adalah dampak keputusan mendidik anak secara langsung.
Sekarang pertanyaanya, agar anak tumbuh dengan emosi yang sehat dan cerdas, mana jalan yang Anda pilih sebagai orang tua: membiarkan anak dengan handphone atau mengasuhnya langsung sesuai idealime Anda?
Setiap tujuan atau goals ada caranya. Setiap cara menyesuaikan dengan apa yang dianggap penting atau value-nya.
Salah itu ketika antara tujuan, cara, dan valuenya tidak saling mendukung, malah bertolak belakang.
Tujuannya anak shaleh, caranya membiarkan anak diasuh handphone, lalu yang dianggap penting adalah uang. Ini tidak nyambung.
Seperti tidak nyambung-nya tujuan ingin punya income Rp 500 juta sepanjang tahun 2022 , caranya belajar otodidak dan kerja keras, yang dianggap penting adalah adalah berkorban dengan tulus.
Ini MIMPI.
Wallahu'alam...
0 komentar:
Post a Comment