Posisi manusia dalam Islam di anugrahi gelar mulia yaitu“khalifah”. Sementara fungsi dan tugas manusia sebagai seorang khalifah sejatinya adalah bagaimana seorang manusia bisa memakmurkan bumi. Karena dalam konteks manusia sebagai khalifah, manusia diposisikan sebagai wakil Tuhan di bumi yang bertanggung jawab untuk memakmurkan dan menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk yang ada di bumi.
Tentunya dalam mengelola/mengatur/memimpin bumi yang begitu luas, dibutuhkan kemampuan atau kepiawaian tersendiri yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dalam konsep Islam sendiri mengenal ajaran “setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Konsep ini mengilustrasikan kepada kita bahwa potensi kepemimpinan itu ada pada setiap jiwa seseorang. Tinggal bagaimana kita menyadari secara cerdas tentang posisi kita dan menjalankan peran apa yang harus diambil. Misalnya, seorang ketua kelas bertanggung jawab atas setiap proses pembelajaran yang terjadi dikelas. Sebagai seorang akademisi, pelajar atau mahasiswa bertanggung jawab menjalankan proses akademisi dan kegiatan yang menopang proses akademis tersebut.
Dalam konteks organisasi modern, seorang ketua organisasi (baik itu organisasi pelajar, primordial, intra maupun ekstra kampus dan sebagainya) bertanggung jawab untuk menjalankan roda organisasi dengan bantuan perangkat yang ada di dalamnya agar tujuan organisasi tersebut dapat terlaksana dengan baik. Kemudian dalam konteks yang lebih global, misalnya seorang guru bangsa harus mampu memberikan solusi dalam menangani berbagai persoalan kebangsaan yang terjadi dari ujung timur sampai ujung barat kepulauan NKRI. Begitu juga dengan komunitas-komunitas lainnya dari skala terkecil sampai yang terbesar yang menaungi kepentingan dan hajat hidup orang banyak.
Memang dalam memimpin sebuah komunitas atau organisasi baik formal maupun in formal, tidaklah semudah apa yang kita khayalkan. Karena yang dipimpin adalah manusia-manusia yang anugrahi akal untuk berpikir, sehingga sangatlah wajar apabila dalam sebuah komunitas atau institusi selalu terdapat perbedaan di dalamnya, mengingat berbeda kepala tentunya berbeda pemikiran juga. Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah terjadi, sebab jauh ribuan tahun yang silam nabi Muhammad SAW sudah mengisyaratkan bahwa setiap perbedaan yang terjadi adalah bentuk rahmat Tuhan yang Maha Kuasa. Makaibrah yang bisa dipetik dari perbedaan yang ada, adalah bagaimana kita bisa bersikap untuk saling memahami dari sebuah perbedaan dan mengakomodirnya untuk sampai kepada tujuan bersama atau menciptakan kemaslahatan secara kolektif. Karena kita tidak bisa memaksakan semua orang harus sama dengan apa yang kita pikirkan, dengan memaksakan semua orang harus sama berarti kita mengingkari ketetapan Tuhan yang sudah ada.
Untuk itu dalam mengelola sebuah komunitas atau organisasi agar samapai pada tujuannya dengan lancar, dibutuhkan sebuah pengelolaan, pengaturan atau manajemen yang baik. Manajemen adalah kegiatan yang dilandasi oleh ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dengan bantuan orang lain. Sebagaimana dijelaskan Sutanto Reksohadiprojo M. Kom dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen, yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir, serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tujuan dari organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sementara Henry Fayod (1841-1925) dalam bukunya “administration industry et general”, menuliskan beberapa prinsip dari manajemen, di antaranya : 1. Pembagian kerja, 2. Kekuasaan & tanggung jawab, 3. Disiplin, 4. Kesatuan perintah/interuksi, 4. Mengedepankan kepentingan umun di atas kepentingan pribadi, 5. Sentralisasi, 6. Hirarki/struktur organisasi, 7. Tata tertib, 8. Bertindak adil, 9. Inisiatif, dan 10. Adanya Kerjasama yang baik.
Di samping manajeman, fariabel terpenting dalam membangun dan mengembangkan sebuah komunitas atau organisasi terletak kepada pemimpin dan gaya kepemimpinannya. Yang dimaksud Pemimpin adalah seorang atau sekelompok orang yang di percaya dapat membawa suatu kelompok tertentu untuk mencapai tujuan, cita-cita dan kepentingan kelompoknya. Sementara tugas dari pemimpin itu sendiri adalah dengan sarana dan prasarana yang ada, mampu mengantarkan kelompok manusia tersebut mencapai tujuan, cita-cita dan kepentingannya.
Selain itu, karakter dari pemimpin itu sendiri sangat besar pengaruhnya dalam menentukan sukses atau tidaknya, maju atau mundurnya sebuah komunitas atau organisasi. Untuk itu, Nurhadi Purwo Saputro, M. Sc, menjelaskan syarat-syarat atau kriteria yang harus dimiliki orang seorang pemimpin, kriteria itu di antaranya; Pertama. Berakhlak mulia dan bertaqwa. Kenapa demikian?, karena “akhlak sebagai pengendali”, sebab tingkah laku manusia adalah cerminan bagi kondisi jiwanya, jiwa yang berakhlak mencerminkan tingkah laku yang mulia, dan akan tercermin terhadap pola kepemimpinannya. Selanjutnya “akhlak sebagai motivasi”. Akhlak bersumber dari tata nilai, tata hidup seseorang, yang akan selalu menjadi sumber cita-cita, harapan dan kebersamaan, maka akhlak akan menjadi motivasi atau tenaga dorong dari setiap tanduk kepemimpinan seseorang.
Kedua. Mengetahui tujuan, kepentingan dan cita-cita kelompok. Mengapa orang berkelompok atau berorganisasi ?????., Lebih dari satu orang bergabung karena kesamaan kepentingan, merupakan kumpulan senasib setujuan, mereka akan berusaha mencapai kepentingan bersamanya, dalam suatu wadah yang di sebut organisasi. Satu keluarga mempunyai tujuan, membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawwadah dan warahmah. Sejumlah manusia mempunyai cita-cita politik yang sama, membangun partai politik untuk merealisasikan cita-citanya. Lalu bagaimana upaya mencapai tujuan?. Sejumlah orang yang berkelompok & berorganisasi akan mengorganisir diri, membuat program sebagai upaya mencapai cita-cita bersama. Dan pemimpin yang mereka angkat harus tahu dan paham betul tentang tujuan dan cita-cita kelompok tersebut.
Ketiga. Memiliki wibawa atas kelompok yang dipimpinnya. Wibawa adalah pengaruh pribadi & kejiwaan seseorang terhadap orang lain yang dapat membangkitkan sikap simpati, kesetiaan, kepatuhan, dan kebanggan terhadap orang tersebut. “Wibawa sebagai power”; wibawa merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki seseorang, pengaruhnya luar biasa terhadap orang lain karena yang disentuh adalah jiwanya. Pengaruh wibawa akan memuncak pada kondisi karisma yang dimiliki seseorang. Siapapun yang tersentuh akan wibawa atau karisma seseorang, maka dia akan secara suka rela melakukan sesuatu untuknya.
Keempat. Memiliki kemampuan fisik, mental dan ilmu pengetahuan. Kekuatan fisik- seorang pemimpin harus memiliki fisik yang fit dan sehat serta memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. Kekuatan Mental- memimpin organisasi tidaklah selalu gampang, banyak masalah yang timbul dan harus di atasi untuk menuju cita-cita organisasi. Setiap persoalan ekstern dan intern yang muncul, menuntut mentalitas yang kuat bagi seorang pemimpin organisasi. Ilmu Pengetahuan- sebagai tingkat wawasan seseorang, seorang pemimpin yang berpengatahuan luas akan memiliki pengalaman serta wawasan yang luas.
Kelima. Hanya bekerja untuk kepentingan bersama. Seorang pemimpin adalah mereka yang mampu menomor duakan kepentingan dirinya sendiri, karena dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, ia hanya berpikir dan berkarya untuk kepentingan bersama. Seorang pemimpin, mereka tidak pernah berharap keuntungan dari posisinya sebagai seorang pemimpin.
Keenam. Mampu melakukan problem solving dengan cepat dan tepat. Ketujuh. Mampu berpikir strategis. Cita-cita atau kepentingan hidup bersama bersifat multikompleks, berjangka jauh. Sehingga seorang pemimpin harus berpikir secara strategis, berpikir tiga dimensi waktu, mengaitkan kondisi apa yang di hayati pada waktu ini dengan latar belakangnya. Kedelapan. Mampu mengambil keputusan yang bijak. Kesembilan. Menguasai ilmu dan sistem manajeman. Sepuluh. Mampu memimpin secara demokratis dan Mampu mengaplikasikan pengetahuan tentang human relation.
0 komentar:
Post a Comment