Ini hanya sebuah coretan hasil "belajar dari rasa" seekor anak yang biasa, bukan ahli, observasi ataupun dari survey
Sehingga, jika kau senang atau sedih jangan pernah membiarkan otakmu terus memikirkannya, karena dengan itu hatimu mengukir rasa.
Sama ketika kau begitu membenci, benci dan benci kepada seseorang. Dan entah kau sadari atau tidak selalu memikirkannya, lalu kau memiliki rasa suka dalam kebencianmu. Karena otak tak mengenal rasa, sedang jika ia terus digunakan untuk memikirkan sesuatu secara intensif maka hati menerimanya sebagai sinyal rindu, sedang jarak antara rindu dan suka begitu dekat.
Berbeda dengan sebuah kalimat "Negatif yang kuat adalah positif" (benci yang sangat adalah suka).
Tak heran jika ada ucapan "Dia ke mana, kok tak kelihatan?" yang ditujukan kepada orang yang dibenci, atau "Aku benci dia, tapi entah kenapa aku rindu...", atau yang lebih aneh dari itu "Jangan bilang aku suka dia karena sifat yang ku benci".
Sebaliknya, jika kita terlalu cinta kepada seseorang. Maka otak akan tersingkirkan karena hanya mengurusi hati. Juga, sedikit salah pada dia akan membuat segudang luka. Dan terakhir jika kau kehilangan dia, akan terasa sesak hati dan gelap dunia.
Jadi? Tak perlu berlebihan dalam menyukai atau membenci, karena hati itu lemah dan cepat berbolak-balik. Saat otak berpikir membenci, bahkan ia mengukir rindu.
Mencintailah dengan sederhana
Lalu, lakukan sesuatu yang lebih dari kata
0 komentar:
Post a Comment