Menuntut ilmu tidak akan ada habis-habisnya. Oleh karena itu, para ulama saleh tidak segan-segan mengorbankan apa pun yang ia miliki demi ilmu, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Ja'far Al-Qashri r.a. (321 H), seorang faqih yang wara'.
la menuturkan bahwa selama empat tahun penanya tidak pernah kering. la terus-menerus menyalin buku siang dan malam. Terkadang ia menjual sebagian pakaiannya untuk membeli buku atau kertas untuk menyalin kitab.
Suatu hari ia mengunjungi Yahya bin Umar r.a., salah satu gurunya. Di sana ia menemukan seribu buku, tetapi ia tidak memiliki uang untuk membeli riqq (kertas dari kulit) sehingga ia tidak bisa menyalinnya. Akhirnya, ia menjual pakaian yang melekat pada tubuhnya, lalu hasilnya ia belikan riqq.
Abu Bakar Ahmad Al-Barkani r.a. (425 H), salah satu ulama Bagdad, berkata, "Suatu saat aku memasuki Usfarayin dengan membawa tiga dinar dan satu dirham. Sayangnya, dinarku hilang sehingga hanya tersisa satu dirham (sekitar 12 ribu rupiah). Akhirnya, aku menyerahkannya kepada tukang roti dan aku mendapat jatah dua roti setiap hari. Lalu, aku mendengar hadis dari Bashir bin Ahmad dan menulisnya di masjid. Dalam sebulan aku bisa menulis sebanyak 30 juz dan pada saat itu juga jatah rotiku habis, akhirnya aku segera pulang ke negeriku."
Abu Ali Hasan Al-Balji r.a. (471 H) bercerita, "Saat aku berada di Atsqalan (kota yang sekarang dikuasai Israel) untuk mendengar dari Ibnu Mushahih dan beberapa syekh lain, aku tidak memiliki uang hingga aku lalui hari-hari tanpa makan. Sampai suatu saat, aku ingin menulis, tetapi aku sudah tidak mampu lagi. Lalu, aku duduk di samping tempat pembuatan roti, dan kuhirup aroma sedapnya sehingga aku memiliki kekuatan lagi."
la menuturkan bahwa selama empat tahun penanya tidak pernah kering. la terus-menerus menyalin buku siang dan malam. Terkadang ia menjual sebagian pakaiannya untuk membeli buku atau kertas untuk menyalin kitab.
Suatu hari ia mengunjungi Yahya bin Umar r.a., salah satu gurunya. Di sana ia menemukan seribu buku, tetapi ia tidak memiliki uang untuk membeli riqq (kertas dari kulit) sehingga ia tidak bisa menyalinnya. Akhirnya, ia menjual pakaian yang melekat pada tubuhnya, lalu hasilnya ia belikan riqq.
Abu Bakar Ahmad Al-Barkani r.a. (425 H), salah satu ulama Bagdad, berkata, "Suatu saat aku memasuki Usfarayin dengan membawa tiga dinar dan satu dirham. Sayangnya, dinarku hilang sehingga hanya tersisa satu dirham (sekitar 12 ribu rupiah). Akhirnya, aku menyerahkannya kepada tukang roti dan aku mendapat jatah dua roti setiap hari. Lalu, aku mendengar hadis dari Bashir bin Ahmad dan menulisnya di masjid. Dalam sebulan aku bisa menulis sebanyak 30 juz dan pada saat itu juga jatah rotiku habis, akhirnya aku segera pulang ke negeriku."
Abu Ali Hasan Al-Balji r.a. (471 H) bercerita, "Saat aku berada di Atsqalan (kota yang sekarang dikuasai Israel) untuk mendengar dari Ibnu Mushahih dan beberapa syekh lain, aku tidak memiliki uang hingga aku lalui hari-hari tanpa makan. Sampai suatu saat, aku ingin menulis, tetapi aku sudah tidak mampu lagi. Lalu, aku duduk di samping tempat pembuatan roti, dan kuhirup aroma sedapnya sehingga aku memiliki kekuatan lagi."
0 komentar:
Post a Comment