NU Online - Buku putih “Benturan NU-PKI 1948-1965” karya Abdul Mun’im DZ layak dijadikan acuan bagi warga NU dariPBNU hingga PRNU. Hal itu dikemukakan KH Asyhari Syamsuri Ketua PCNU Jepara dalam bedah buku yang dilaksanakan PC Lakpesdam NU bertempat di Gedung NU, Ahad (20/4) malam.
Menurutnya peserta bedah buku seyogyanya bisa meneruskan substansi buku kepada warga NU yang lain. “Hingga tingkatan PRNU buku ini perlu disosialisasikan agar mereka paham yang sesungguhnya,” katanya.
Hal itu diamini penulis buku, Abdul Mun’im DZ yang berkesempatan hadir. Wakil Sekjend PBNU itu menilai terkait tragedi 65 banyak penelitian dan buku memojokkan NU. “Buku ini sebagai bentuk NU mengklarifikasi sejarah,” katanya.
Sebab, suatu ketika sekelompok anak muda NU menemuinya dan beranggapan “NU” telah berdosa membantai mereka (PKI, red). “Pandangan anak-anak kita yang seperti ini karena banyak bacaan yang jelas-jelas menyudutkan NU,” jelasnya.
H Hisyam Zamroni, Sekretaris Jatman Jepara menyatakan NU (Banser, red) sebagaimana ditulis disalah satu media sebagai sosok nan beringas. Menanggapi hal itu, Hisyam menegaskan NU tidaklah demikian. “Jamiyyah NU yang dikomandoi kiai tentu akan hat-hati dalam bertindak. Jika ada aksi kiai baru akan menunjukkan reaksinya,” tegasnya.
Hal lain diuraikan Lufti Rahman. Sekretaris PCNU Jepara tersebut menyebut buku karya Mun’im layak jadi pedoman warga NU karena yang ditulis berdasarkan fakta. Namun yang menjadi catatan lanjut Lutfi perlu ada pencairan isi buku.
“Tragedi 65 di Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya tentu punya perbedaan. Dari ragam pengakuan, penelitian yang lebih mendalam buku akan lebih obyektif dalam menguak sejarah dan tidak sekadar menyudutkan,” imbuhnya.
Koordinator kegiatan, Lukman Hakim menyatakan kegiatan dilaksanakan dalam memperingati Harlah Lakpesdam NU ke-29. “Harapan kami dengan bedah buku ini warga NU tidak sepotong-potong dalam memahami benturan NU dan PKI,” harap Litbang PC Lakpesdam NU Jepara. (Syaiful Mustaqim/Mukafi Niam)
Sumber: www.nu.or.id
Menurutnya peserta bedah buku seyogyanya bisa meneruskan substansi buku kepada warga NU yang lain. “Hingga tingkatan PRNU buku ini perlu disosialisasikan agar mereka paham yang sesungguhnya,” katanya.
Hal itu diamini penulis buku, Abdul Mun’im DZ yang berkesempatan hadir. Wakil Sekjend PBNU itu menilai terkait tragedi 65 banyak penelitian dan buku memojokkan NU. “Buku ini sebagai bentuk NU mengklarifikasi sejarah,” katanya.
Sebab, suatu ketika sekelompok anak muda NU menemuinya dan beranggapan “NU” telah berdosa membantai mereka (PKI, red). “Pandangan anak-anak kita yang seperti ini karena banyak bacaan yang jelas-jelas menyudutkan NU,” jelasnya.
H Hisyam Zamroni, Sekretaris Jatman Jepara menyatakan NU (Banser, red) sebagaimana ditulis disalah satu media sebagai sosok nan beringas. Menanggapi hal itu, Hisyam menegaskan NU tidaklah demikian. “Jamiyyah NU yang dikomandoi kiai tentu akan hat-hati dalam bertindak. Jika ada aksi kiai baru akan menunjukkan reaksinya,” tegasnya.
Hal lain diuraikan Lufti Rahman. Sekretaris PCNU Jepara tersebut menyebut buku karya Mun’im layak jadi pedoman warga NU karena yang ditulis berdasarkan fakta. Namun yang menjadi catatan lanjut Lutfi perlu ada pencairan isi buku.
“Tragedi 65 di Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya tentu punya perbedaan. Dari ragam pengakuan, penelitian yang lebih mendalam buku akan lebih obyektif dalam menguak sejarah dan tidak sekadar menyudutkan,” imbuhnya.
Koordinator kegiatan, Lukman Hakim menyatakan kegiatan dilaksanakan dalam memperingati Harlah Lakpesdam NU ke-29. “Harapan kami dengan bedah buku ini warga NU tidak sepotong-potong dalam memahami benturan NU dan PKI,” harap Litbang PC Lakpesdam NU Jepara. (Syaiful Mustaqim/Mukafi Niam)
Sumber: www.nu.or.id
0 komentar:
Post a Comment