BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir QS. Al – Alaq ayat 1 – 5
1. QS. Al – Alaq ayat 1 - 5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
2. Terjemahan
1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
3. Mufrodat
Arti Mufradat surat al-‘Alaq ayat 1-5
اِقْرَاءْ
|
Bacalah
|
عَلَقٍ
|
segumpal
darah
|
بِاسْمِ
|
dengan(menyebut) nama
|
اْلاَكْرَمُ
|
Maha Mulia/Pemurah
|
رَبِّكَ
|
Tuhanmu
|
عَلَّمَ
|
mengajarkan
|
الَّذِيْ
|
Yang
|
بِاْلقَلَمِ
|
dengan (perantara) kalam
|
خَلَقَ
|
telah menciptakan
|
مَا
|
apa
|
الاِنْسَانَ
|
Manusia
|
لمَ ْ
|
yang tidak
|
مِنْ
|
Dari
|
يَعْلَمْ
|
dia ketahui
|
QS. Al – Alaq ayat 1
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
a)
Tafsir ayat 1 :
Kata (اقْرَأْ ) terambil dari kata kerja (قَرَأ
) yang pada mulanya berarti
menghimpun. Apabila anda merangkai huruf atau kata kemudian anda mengucapkan
rangkaian tersebut maka anda telah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan
demikian realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya
suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga
terdengan oleh orang lain. Karenanya, dalam kamus ditemukan aneka ragam arti
dari kata tersebut. Antara lain : menyampaikan, menelaan, membaca, mendalami,
meneliti, mengaetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya, yang kesemuanya bermula
dari arti menghimpun.
Ayat di atas
tidak menyebutkan objek bacaan dan
jibril AS. ketika itu tidak juga membaca suatu teks tertulis, dan karena itu
dalam satu riwayat dinyatakan bahwa Nabi S.A.W. bertanya : ( مَا
أَقْرَأُ ) apa yang harus saya baca?
b)
Penjelasan ayat 1:
Beraneka
ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud, ada yang
berpendapat wahyu (al-Qur’an) sehingga perintah itu dalam arti : “bacalah
wahyu-wahyu (al-Qur’an)” ketika dia turun nanti. Ada juga yang berpendapat
bahwa objeknya adalah ismi robbika sambil menilai huruf ba’ yang menyertai kata
kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama tuhanmu atau berdzikirlah.
Tapi jika demikian mengapa Nabi S.A.W.menjawab “ saya tidak dapat membaca “
seandainya yang dimaksud perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab
demikian karena jauh sebelum datang wahyu beliau senantiasa melakukannya.
Muhammad
Abduh memahami peritah membaca di sini bukan sebagai beban tugas yang harus
dilaksanakan (amr taklif) sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah amar
takwini yang mewujudkan kemampuan membaca secara actual pada diri pribadi Nabi
Muhammad S.A.W. pendapat ini dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya
perintah ini pun Nabi S.A.W. masih tetap dinamai oleh al-Qur’an sebagai seorang
Ummy (tidak pandai membaca dan menulis), di sisi lain jawaban Nabi
S.A.W. kepada malaikat jibril ketika itu, tidak mendukung pemahaman itu.
Huruf ( ب ) pada kata (بِاسْمِ ) ada juga yang memahaminya sebagai pernyertaan atau mulabasah,
seingga dengan demikian ayat tersebut berarti “bacalah disertai dengan nama
Tuhanmu”.
Sementara
ulama memahami kalimat bismi rabbika bukan dalam pengertian harfiahnya,
sudah menjadi kebiasaan masyarakat sejak masa jahiliah mengaitkan suatu
pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Itu memberi kesan yang baik
atau katakanlah “berkat” terhadap epkerjaan tersebut juga untuk menunjukkan
bahwa pekerjaan tadi dilakukan semata-mata karena “dia” yang namanya disebutkan
tadi. Dahulu, misalnya sebelum turunnya al-Qur’an, kaum musyrikin sering
berkata “bismi al-lata” dengan maksud bahwa apa yang mereka lakukan
tidak kecuali demi tuhan berhala al-lata, dan bahwa mereka mengharapkan anugrah
dan berkah” dari berhala tersebut.
Mengaitkan
pekerjaan membaca dengan nam Allah mengantarkan pelakunya untuk tidak
melakukannya kecuali karena Allah, dan hal ini akan mengahsilkan keabadian,
karena hanya Allah yang kekal abadi dan hanya aktifitas yang dilakukan secara
ikhlas yang akan diterimanya, tanpa keikhlasan semua aktifitas akan berakhir
dengan kegagalan dan kepunahan (baca Q.S. al-Furqon 25).
Menurut
Syaikh al-Maroghi, اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ adalah jadilah kamu orang yang bisa membaca dengan kekuasaan
Allah Tuhan penciptamu dan menginginkan kamu bisa membaca walaupun sebelumnya
tidak, yang sesungguhnya saat itu Nabi S.A.W. tidak bisa baca tulis, dan telah
datang perintah Ketuhanan bahwa Nabi S.A.W. hendaknya bisa membaca walaupun
tidak bisa menulis dan akan diturunkan kepadanya al-Quran yang akan dia baca
walaupun dia tidak menulisnya. Ringkasnya adalah Allah yang telah menjadikan
alam semesta mampu menjadikan Nabi S.A.W. bisa membaca walaupun tidak didahului
dengan belajar.
c)
Kesimpulan ayat 3
Menurut
kaidah kebasaan menyatakan apabila ada suatu kata kerja yang membutuhkan objek
tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum,
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Oleh karena
itu bahwa kata iqro’ digunakan dalam arti membaca, menelaah,
menyampaikan dan sebagainya, dan objeknya bersifat umum, maka objek kata
tersebut segala yang dapat terjangkau baik ia merupakan bacaan suci yang
bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Al hasil perintah iqro’mencakup telaah terhadap
alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis baik suci maupun
tidak. Ayat ini menegaskan supaya kita bisa membaca.
QS. Al – Alaq ayat 2
خَلَقَ
الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
a) Tafsir Ayat
2
Kata الْإِنْسَانَ terambil dari akar kata أنس, jinak dan harmonis atau dari kata نسي yang berarti lupa, ada juga yang berpendapatberasal dari kata نوس yakni gerak atau dinamika.
Makna di
atas paling tidak memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat
makhluk tersebut, yakni bahwa memiliki sifat lupa, dan kemampuan bergerak atau
melahirkan dinamika.
Ia juga
adalah makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, harmonisme
dan kebahagiaan kepada pihak lain.
b) Penjelasan
Kata insan
menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya, kata ini berbeda
dengan kata basyar yang juga diterjemahkan dengan manusia, tetapi
maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dengan segi fisik serta nalurinya
yang tidak berbeda antara seseorang manusia dengan mansia lain.
Manusia
adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam al-Qur’an melalui wahyu
pertama, bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau
segala sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi
kepentingannya, tetapi juga karena kitab suci al-Qur’an ditujukan kepada
manusia guna menjadi pelita kehidupannya.
Salah satu
cara yang ditempuh oleh al-Qur’an untuk menghantar manusia menghayati pentunjuk
Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses
kejadiannya. Ayat ke 2 surat iqro’ menguraikan secara sangat singkat hal
tersebut.
Kata ‘alaq
dalam kamus bahasa arab digunakan dalam arti segumpal darah, juga dalam arti
cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut
di kerongkonganya. Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam
pengertian pertama. Tetapi ada juga yang memahaminya dalam sesuatu yang
tergantung di dinding rahim. Ini karena para pakar embriolog menyatakan bahwa
setelah terjadinya pertemuan antara seperma dan indung telur ia berproses dan
membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan demikian seterusnya sambil
bergerak menuju ke kantong kehamilan dan melekat bertempat serta masuk ke
dinding rahim.
c) Kesimpulan
Dari ayat 2
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu yang ditempuh oleh al-Qur’an
untuk mengantar manusia menghayati petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati
dirinya dengan menguraikan proses kejadiannya, karena kata ‘alaq bisa
juga dipahami sebagai makhluk sosoial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi
selalu bergantung pada selainnya, ini serupa dengan firman Allah خُلِقَ
الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ [الأنبياء/37] (Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.)
QS. Al – Alaq ayat 3
اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
a) Tafsir Ayat
3
Kata الْأَكْرَمُ biasa diterjemahkan dengan yang maha atau paling pemurah atau
semulia-mulia. Kata ini terambil dari kata كرم yang antara lain berarti memberikan dengan mudah dan tanpa
pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia dan sifat kebangsawanan.
b) Penjelasan
Dalam
al-Qur’an ditemukan kata karim terulang sebanyak 27 kali. Tidak kurang
dari 13 subjek yang disifati dengan kata tersebut, yang tentu saja berbeda-beda
maknanya dan karena itu pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kata ini
digunakan untuk menggambarkan sifat terpuji yang sesuai dengan objek yang
disifatinya. Ucapan yang karim adalah ucapan yang baik, indah terdengar,
benar susunan dan kandungannya, mudah dipahami cara menggambarkan segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembicara. Sedang rizki yang karim
adalah yang memuaskan, bermanfaat serta halal.
Allah
menyandang sifat karim menurut imam al-Ghozali sifat ini menunjuk kepadanya
yang mengandung makna antara lain bahwa : Dia yang bila berjanji menepati
janjinya, bila memberi melampoi batas memberi. Dia yang tidak rela bila ada
kebutuhan yang dimohonkan kepada selain-Nya. Dia yang bila atau kecil hati,
menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapapun yang menuju yang berlindung
kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.
Ibn al-Arabi
menyebut 16 makna dari sifat Allah ini antara lain : yang disebut oleh
al-Ghozali di atas, dan juga “ Dia yang bergembira dengan diterima anugrahnya,
serta yang memberi sambil memuji yang diberinya, Dia yang memberi siapa yang
mendurhakainya, bahkan memberi sebelum diminta dan lain-lain.
Kata
al-Karim yang menyifati Allah dalam al-Qur’an kesemuanya menunjuk kepada-Nya
dengan kata Robb bahkan demikian juga kata akrom sebagaimana
terbaca di atas. Penyifatan kata Robb dan Karim menunjukkan bahwa
kata karom atau anugrah kemurahannya dalam berbagai aspek, dikaitkan
dengan rububiyahnya, yakni Pendidikan, Pemeliharaan dan Perbaikan makhluknya,
sehingga anugrah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu bebarengan serta
bertujuan perbaikan dan pemeliharaan.
Sebagai
makhluk, kita dapat menjangkau betapa besar karom Allah S.W.T. karena
keterbatasan kita dihadapannya. Namun demikian sebagian darinya dapat
diungkapkan sebagai berikut : “ bacalah wahai Muhammad, tuhanmu akan
menganugrahkan dengan sifat kemurahannya pengetahuan tentang apa yang tidak
engkau ketahui. Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaannya
sama, niscaya tuhanmu kan memberikan pandangan serta pengertian baru yang
tadinya belum engkau belum peroleh pada bacaan yang sama dalam objek tersebut.”
“Bacalah dan ulangi bacaan, tuhanmu kan memberi manfaat kepadamu, manfaat yang
tidak terhingga karena dia akrom, memiliki segala macam kesempurnaan.”
c) Kesimpulan
Disini kita
dapat melihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan ke tiga,
yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika
membaca (dalam segala pengertian) yaitu membaca demi karena Allah, sedang
perintah yang ke dua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan
pengulangan bacaan tersebut.
Dalam ayat
ke tiga ini Allah menjanjikan bahwa pada saat seseorang membaca dengan ikhlas
karena Allah maka Allah akan menganugrahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman,
wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu juga. Apa yang dijanjikan ini
terbukti sangat jelas. Kegiatan “membaca” ayat al-Qur’an menimbulkan penafsiran
baru atau pengembangan dari pendapat yang telah ada. Demikian juga kegiatan
membaca alam raya ini telah menimbulkan penemuan baru yang membuka rahasia
alam, walaupun objek bacaanya itu-itu juga. Ayat al-Qur’an yang dibaca oleh
generasi terdahulu dan alam raya yang mereka huni adalah sama-tidak berbeda,
namun pemahaman mereka serta penemuan rahasianya terus berkembang.
QS. Al – Alaq ayat 4 - 5
الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
a)
Tafsir Ayat 4 -5
Kata الْقَلَمِ terambil dari kata kerja قلم yang berarti memotong ujung sesuatu. Memotong ujung kutu
disebutتقليم , tombak yang dipotong ujungnya sehingga meruncing dinamai مقالم.
b) Penjelasan
Kata qolam
disini dapat berarti hasil dan penggunaan alam tersebut, yakni tulisan, ini
karena bahasa, sering kali menggunkan kata yang berarti alat atau penyebab
untuk menunjuk akibat atau hasil dari penyebab atau penggunaan alat tersebut,
misalnya, jika seseorang berkata “ saya hawatir hujan” maka yang dimasud dengan
kata hujan adalah basah atau sakit, hujan adalah penyebab semata.
Makna di
atas dikuatkan oleh fimran Allah dalam surat al-Qolam (68):1, yakni firmannya “
Nuun, demi qolam dan apa yang mereka tulis”. Apalagi disebutkan dalam sekian
banyak riwayat bahwa awal surat al-Qolam turuns setelah akhir ayat ke lima
surat al-‘Alaq. Ini berarti dari segi masa turunnya ke dual kata qolam tersebut
berkaitan erat, bahwan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf
tidak demikain.
Pada ke dua
ayat di atas terdapat apa yang dinamai ikhtiba’ yang maksudnya adalah
tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan
kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud telah disebut pada kalimat
yang lain. Pada ayat 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada
ayat lima, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat
empat telah disyaratkan ma’na itu dengan sebutkan pena. Dengan demikian kedua
ayat di atas dapat berarti “ Dia(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan)
(hal-hal yang telah diketahui sebelumya). Dia mengajarkan manusia (tanpa pena)
apa yang belum diketahui sebelumnya. Kalimat “ yang telah diketahui sebelumnya
disisipkan karena isyarat pada susunan kedua yaitu yang belum atau tidak
diketahui sebelumnya”. Sedang kalimat “tanpa pena” ditambahkan karena ada kata
“ dengan pena” dalam susunan pertama. Yang dimaksud dengan ungkapan “ telah
diketahui sebelumnya adalah khozanah pengetahuan sebelumnya dalam bentuk
tulisan.
c) Kesimpulan
Dari uraian
di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kedua uraian di atas menjelaskan dua cara
yang ditempuh Allah S.W.T. dalam mengajar manusia. Pertama melalui pena atau
tulisan yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara
langsung tanpa alat.
Pada awal
surat ini Allah telah mengenalkan diri sebagai yang maha kuasa, maha mengetahui
dan maha pemurah. Pengetahuan-Nya melimputi segala sesuatu, sedangkan karom
atau kemurahan-Nya tidak terbatas, sehingga dia berkuasa dan berkenan untuk
mengajar manusia dengan atau tanpa pena.
Wahyu Ilahi
yang diterima oleh manusia agung dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari
bentuk pengajarannya. Tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Nabi Muhammad S.A.W.
dijanjikan oleh Allah dalam wahyunya yang pertama untuk termasuk dalam kelompok
tersebut.
4. Isi Kandungan QS. Al – alaq ayat 1 – 5
1)
Ayat 1
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Ayat pertama ini mengandung arti
bahwa :
a.
Ummat Islam seharusnya pandai baca
tulis
b.
Ummat Islam harus antusias membaca
dan meneliti, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan
c.
Perintah membaca ini meliputi yang
tersurat (Al-Qur’an) dan yang tersirat (Alam semesta)
2)
Ayat 2
Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
Manusia
disebut khusus dalam ayat ini, karena manusia manusia diberi kedudukan
istimewa, dengan tubuh, panca indera, akal dan hati yang sempurna. Alaqah
adalah zygote yang sudah menempel di rahim ibu, yang secara phisik tidak ada
artinya dan lemah dan labil karena sewaktu-waktu dapat gugur dari rahim ibunya.
3)
Ayat 3
Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Perintah
membaca ini untuk memantapkan bahwa pengetahuan yang dibaca, minimal satu objek
dibaca dua kali, inipun diakui oleh para psikologi membaca.
4)
Ayat 4
Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Maksudnya :
Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Allah menciptakan alam
untuk dijadikan pena, dan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menggunakan
pena tersebut.
5)
Ayat 5
Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dengan
adanya baca tulis manusia berkembang ilmu pengetahunnya, agar dapat bermanfaat
bagi generasi berikutnya .
5. Penutup
Secara
global Lima ayat yang telah lewat menunjukkan keutamaan membaca, menulis dan
ilmu.
B. Tafsir QS. Ar –
Rahman ayat 2 – 3
1. QS. Ar – Rahman ayat 2 – 3
zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ
2. Terjemah
2. Yang Telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
3. Tafsir Mufrodat
N¯=tæ
|
Mengajarkan
|
Yn=y{
|
Menciptakan
|
b#uäöà)ø9$#
|
Al- Quran
|
`»|¡SM}$#
|
Manusia
|
QS. Ar –Rahman ayat 2
zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ
“yang mengajarkan
Al-qur’an” (ayat 2)
Tafsir ayat 2 :
Inilah salah satu dari rahman, atau kasih sayang tuhan
kepada manusia, yaitu diajarkan kepada manusia itu al-qur’an, yaitu wahyu ilahi
yang diwahyukan kepada nabi-Nya Muhammad SAW. Yang dengan sebab Al-qur’an itu
manusia dikeluarkan dari gelap gulita kepada terang benderang dan dibawa kepada
jalan yang lurus. Maka datangnya pelajaran Al-qur’an kepada manusia itu yakni
sebagai penggenapan kasih Tuhan. Rahmat ilahi yang utama adalah ilmu
pengetahuan yang dianugrahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah
suatu kebahagiaan, apalagi kalau yang diketahui itu adalah Al-Qur’an.
QS. Ar – Rahman ayat 3
Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ
“yang menciptakan manusia” (ayat 3)
Tafsir ayat 3
Dia telah menciptakan manusia dan mengajarinya
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbetik dalam sanubarinya.
Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad Saw takkan dapat mengajarkan
al-qur’an kepada umatnya. Penciptaan manusia pun adalah satu diantara tanda
Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab diantara begitu banyak makhluk Ilahi
didalam alam, manusia lah satu-satunya makhluk yang paling mulia dan paling
baik bentuknya. Sebagaimana firman Allah:[1][3]
ô‰s)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þ’Îû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
“Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”
Maka terbentanglah alam
luas ini dengan seisinya, sehingga manusia dapat tinggal dan berdiam diatasnya.
Dan Allah menambah Rahmat-Nya kepada manusia dengan memberikan akal serta
fikiran kepada mereka. Dengan akal dan fikiran tersebut manusia dapat
menyesuaikan dirinya dengan alam. Hujan turun dan air mengalir, lalu manusia
membuat sawah. Jarak diantara satu bagian dunia dengan bagian dunia yang lain
amat jauh.bahkan seperlima dunia adalah tanah daratan, sedang empat perlima
lautan yang luas.
Manusia dengan akal
budinya menembus jarak dan perpisahan yang jauh tadi membuat bahtera dan kapal
untuk menghubungkannya satu dengan yang lain. Di antara begitu banyak makhluk
Tuhan di dalam dunia ini, manusialah yang dikaruniai perkembangan akal dan
fikiran, sehingga timbullah pepatah
terkenal, bahwasanya tabiat manusia itu ialah hidup yang lebih maju.
4. Isi Kandungan Surat Ar – Rahman ayat 1 – 2
a. Manusia diberi pelajaran Al – Quran, lewat Wahyu Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad. Agar dengan Al – Quran manusia bisa mengetahui jalan yang
benar.
b. Allah menciptakan manusia dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas
dalam hatinya dan terbetik dalam sanubarinya.
5. Penutup
Secara Global surat Ar
– Rahman ayat 2 -3 menganduna sifat Allah yang maha Rahman,yaitu dengan
diajarkannya Al – Qur’an dan diciptakannya manusia.
C.
Tafsir QS.
Al – Qalam ayat 1
1.
QS. Al – Qalam ayat 1
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ
2. Terjemahan
Nun, demi kalam dan apa
yang mereka tulis,
3. Tafsir Mufrodat
c
|
Nun
|
tbrãäÜó¡o
|
Tulis
|
On=s)ø9$#u
|
Kalam
|
QS. Al – Qalam ayat 1
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
Tafsir ayat 1
(Nun) adalah salah satu dari huruf hijaiyah, hanya
Allah lah yang mengetahui arti dan maksudnya (demi qalam) yang dipakai untuk
menulis nasib semua makhluk di Lohmahfuz (dan apa yang mereka tulis) apa yang
ditulis oleh para malaikat berupa kebaikan dan kesalehan.
4. Isi Kandungan QS. Al –Qalam ayat 1.
Bahwa semua nasib
makhluk Allah itu sudah tertulis di lohmahfuz, dan hanya Allah yang
mengetahuinya.
5. Penutup
Secara Global ayat 1 ini memberi pengertian bahwa segala sesuatu yang ada pada makhluk telah diatur Allah..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Isi Kandungan QS. Al – alaq ayat 1 – 5
a.
Ummat Islam seharusnya pandai baca
tulis
b.
Ummat Islam harus antusias membaca
dan meneliti, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan
c.
Perintah membaca ini meliputi yang
tersurat (Al-Qur’an) dan yang tersirat (Alam semesta)
d.
Manusia disebut khusus dalam ayat
ini, karena manusia manusia diberi kedudukan istimewa, dengan tubuh, panca
indera, akal dan hati yang sempurna. Alaqah adalah zygote yang sudah menempel
di rahim ibu, yang secara phisik tidak ada artinya dan lemah dan labil karena
sewaktu-waktu dapat gugur dari rahim ibunya.
e.
Perintah membaca untuk memantapkan
bahwa pengetahuan yang dibaca, minimal satu objek dibaca dua kali, inipun
diakui oleh para psikologi membaca.
f.
Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca. Allah menciptakan alam untuk dijadikan pena, dan memberikan
kemampuan kepada manusia untuk menggunakan pena tersebut.
g.
Dengan adanya baca tulis manusia
berkembang ilmu pengetahunnya, agar dapat bermanfaat bagi generasi berikutnya .
2. Isi Kandungan
Surat Ar – Rahman ayat 2 – 3
a. Manusia diberi pelajaran Al – Quran, lewat Wahyu Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad. Agar dengan Al – Quran manusia bisa mengetahui jalan yang
benar.
b. Allah menciptakan manusia dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas
dalam hatinya dan terbetik dalam sanubarinya.
3. Isi Kandungan Surat Al – Qalam ayat 1
Bahwa semua nasib
makhluk Allah itu sudah tertulis di lohmahfuz, dan hanya Allah yang
mengetahuinya.
B. Saran
Dalam penulisan makalah
ini penulis berharap para membaca faham tentang Surat yang dibahas penulis dan
kemudian bisa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penulis.
0 komentar:
Post a Comment