BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di zaman modern
seperti saat ini banyak manusia telah terpengaruh gaya hidup yang semakin
modern. Bahkan diakui atau tidak, manusia telah mengukur segalanya dengan
materialistik. Dimana pengaruh ini sudah membawa orang menjadi terasing.
Kebanyakan orang memikirkan hal yang materialistik dan membawa dirinya tersebut
lupa akan yang menciptakannya. Sehingga timbullah degradasi moral karena
manusia tidak mampu mengendalikan jiwa modern yang tertancap pada dirinya.
Dampak dari
degradasi moral inilah, yang kemudian menimbulkan tindakan kriminalitas seperti:
pencurian, perampokan, bahkan seks bebas juga tidak terhindarkan. Sehingga
hidup manusia yang mengalami degradasi moral tersebut menjadi tidak berguna.
Bagi mereka yang tertolong dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan akn
menemukan keyakinan baru. Suatu keyakinan yang akan membawa mereka menuju hidup
yang mempunyai tujuan dan manfaat. Hal pembalikan arah ini sering disebut
konversi, atau dalam bahasa agamanya sering disebut dengan taubat. Dari urain
tersebut penulis akan mencoba memaparkan lebih jelas mengenai konversi agama.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang yang penulis buat, ada beberapa hal yang dapat dirumuskan
diantaranya adalah :
1.
Apakah yang
dimaksud konversi agama?
2.
Faktor apa yang
mempengaruhi terjadinya konversi agama?
3.
Bagaimanakah
proses terjadinya konversi agama ?
C.
Tujuan
Pembahasan
Dari penulisan
makalah ini penulis mempunyai dua tujuan, yaitu :
1.
Tujuan umum :
a.
Memahami
definisi dari konversi agama
b.
Mengetaui
faktor terjadinya konversi agama
c.
Mengetahui
proses terjadinya konversi agama
2.
Tujuan
khususnya adalah memenuhi tugas mata kuliah psikologi agama dan menambah
pengetahuan penulis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konversi Agama
1.
Pengertian
agama secara etimologi
Konversi berasal dari
kata “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berobah (agama). Dalam bahasa
Inggris Conversion yang berarti berubah dari suatu keadaan atau dari
suatu agama keagama lain. Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan
bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik
pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
2.
Pengertian
konversi agama secara terminologi
Secara
terminologi konversi agama memiliki banyak pengertian, dan berikut ini adalah
pengertian menurut beberapa tokoh psikologi, antara lain yaitu :
a. Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang
atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau
prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b. William James mengatakan konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh
lingkungan tempat berada.
Konversi agama yang dimaksudkan memuat beberapa pengertian dengan
ciri-ciri:
- Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
- Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan secara berproses atau secara mendadak.
- Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pendangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
- Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.
c. Clark mengatakan bahwa Konversi agama adalah sebagai suatu macam pertumbuhan atau
perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam
sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Konversi agama menunjukkan bahwa suatu
perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara
mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan
mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konversi agama adalah perubahan pandangan
seseorang atau sekelompok tentang agama yang dianutnya, atau perpindahan
keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama yang lain.
B. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama
Beberapa ahli berbeda
pendapat dalam menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama,
antara lain menurut :
1.
Para ahli agama menyatakan bahwa yang
menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
2. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi
agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial itu terdiri dari adanya berbagaia
faktor antara lain:
·
Pengaruh hubungan antar pribadi, baik
pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan
atau bidang kebudayaan yang lain).
·
Pengaruh kebiasaan yang
rutin. Misalnya menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang
bersifat keagamaan baik pada lembaga formal maupun lembaga nonformal.
·
Pengaruh anjuran atau
propaganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya karib,
keluarga, famili, dan sebagainya.
·
Pengaruh pemimpin
keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor
pendorong konversi agama.
·
Pengaruh perkumpulan
berdasarkan hobi.
·
Pengaruh kekuasaan
pemimpin. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala
negara atau raja mereka.
3. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya
konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern
maupun ekstern.
a. Faktor intern, yang ikut
mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah
·
Kepribadian. Secara
psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang.
Menurut penelitian W. James bahwa tipe melankolis memiliki kerentanan perasaan
lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
·
Menurut penelitian Guy
E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi
konversi agama. Anak tengah biasanya lebih bimbang dalam menentukan agama
dibandingkan dengan anak sulung atau anak bungsu.
b. Faktor ekstern. Diantaranya adalah;
·
Faktor keluarga,
keratakan keluarga, ketidak seserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan
seksual, kurang mendapat pengakuan kaum kerabat, dan lainya. Kondisi yang
demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin.
·
Lingkungan tempat
tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya akan merasa dirinya
hidup sebatang kara. Keadaan ini menyebabkan seseorang mencari tempat untuk
bergantung hingga kegelisahann batinnya hilang.
·
Perubahan status yang
berlangsung secara mendadak Misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau
perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan
agama.
·
Kemiskinan. Kebutuhan
mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Menurut William James (seorang ahli psikologi) menyimpulkan dari hasil
penelitiannya bahwa terjadinya konversi agama karena:
a) Adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang
sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi
secara mantap.
b) Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara
mendadak (tanpa suatu proses).
Berdasarkan kesimpulan ini William James membagi konversi agama menjadi 2
tipe:
. 1. Tipe Volational
(Perubahan bertahap)
Perubahan agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit
sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru.
Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses
perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan
suatu kebenaran.
2. Tipe Self-Surrender (Perubahan Drastis)
Konversi tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang
tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap
suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat terjadi dari kondisi yang
tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian
menjadi percaya dan sebagainya. Pada konversi tipe kedua ini menurut William
James adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena
gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri sefseorang sehingga ia
menerima kondisi yang bru dengan pnyerahan jiwa sepenuh-penuhnya.
4. Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa
konvesi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Berdirinya sekolah –sekolah
yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
Menurut Zakiyah
Daradjat, Faktor-Faktor yang mempengaruhi konversi agama adalah
a. Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan
perasaan orang – orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai
persoalan, yang kadang – kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan
atau problem itu mudah mengalami konversi agama, di antaranya ketegangan batin
itu ialah tidak mampunya mematuhi nilai–nilai moral dan agama dalam hidupnya.
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama. Aktifitas lembaga
keagamaan mempunyai pengaruh besar terutama aktifitas – aktifitas sosialnya.
Kebiasaan – kebiasaan yang dialami waktu kecil, melalui bimbingan lembaga –
lembaga kagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan
terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak
acuh pada agama dan mengalami konflik jiwa ketegangan batin yang tidak
teratasi.
c. Ajakan / seruan dan sugesti. Peristiwa konversi
agama terjadi karna sugesti dan bujukan dari luar jika orang yang mengalami
konversi itu dapat merasakan kelegaan dan ketentraman batin dalam keyakinan
baru, maka lama – kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam pribadinya.
d. Faktor – faktor emosi. Dalam penelitian
George.A. Coe bahwa konversi agama lebih banyak terjadi pada orang yang
dikuasai oleh emosinya. Orang – orang yang emosional (lebih sensitif atau
banyak dikuasai oleh emosinya) mudah kena sugesti apabila ia mengalami
kegelisahan. Menurut G. Stanlay Hall, usia remaja terkenal dengan umur
kegoncangan emosi. Menurut Starburk, bahwa umur yang menonjol bagi konversi
agama pada laki – laki adalah 16 tahun 4 bulan dan bagi wanita 14 tahun 8
bulan.apabila kita kembali kepada kenyataan dalam hidup, tidak sedikit
peristiwa konversi yng terjadi pada usia di atas 40 atau 50 tahun atau lebih.
e. Kemauan. Kemauan juga merupakan peranan penting dalam konversi agama. Terbukti
bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang
ingin mengalami konversi. hal ini dapat di ikuti dari riwayat hidup Imam Al
Ghazali yang mengalami sendiri bahwa pekerjaan dan buku – buku yang dulu di karangnya
bukanlah dari keyakinan, tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan pangkat.
C. Proses Konversi Agama
Perubahan yang terjadi tetap melalui
tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum. Menurut M.T.L Penido
berpendapat, bahwa konversi agama mngandung unsur:
- Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dari pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seioring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
- Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok, sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran, mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan pnyelesaian oleh yang bersangkutan.
Sedangkan kerangka
proses konversi agama dikemukakan oleh :
a. H. Carrier, membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut:
- terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat darikisis yang dialami.
- Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru, maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur lama.
- Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
- timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
b. Dr. Zakiah Daradjat. Memberikan pendapatnya
yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
- Masa tenang. Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Dimana segala sikap, tingkah laku, dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
- Masa ketidaktenangan. Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan keguncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga mengakibatkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa dan bimbang. konflik jiwa yang berat itu menyebabkan orang lebih sensitif (mudah perasa, cepat tersinggung dan mudah kena sugesti). Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
- Masa konversi. Masa ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin dalam menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk illahi.
- Masa tenang dan tentram. Masa tenang dan tentram ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap keputusan yang diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
- Masa ekspresi konversi. Pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.
c. Menurut Wasyim secara garis besar membagi proses konversi agama
menjadi tiga, yaitu:
- Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
- Adanya rasa pasrah
- Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.
Sedangkan proses
terjadinya konversi agama, dalam masyarakat ada beberapa macam bentuk:
- Perubahan yang drastis. Adalah proses konversi agama dari tidak taat menjadi taat, yang jangka waktunya cepat, karena ada masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh individu, yang disebabkan oleh tidak adanya pengalaman individu sebelumnya.
- Pengaruh Lingkungan. Pengaruh lingkungan mempengaruhi sikap dan cara pandang terhadap keyakinan suatu agama.
- Pengaruh idealisme yang dicari. Proses ini, biasanya memakan waktu lama. Individu selalu merasa dalam keyakinn yang meragukan. Tetapi jika, ada bukti yang bisa meyakinkannya, maka, dia akan yakin sepenuhnya.
D. Ciri – ciri dan jenis konversi agama
1. ciri-ciri seseorang melakukan konversi agama,
menurut Ramayulis adalah
a. Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
b. Perubahan
yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi
secara berperoses atau secara mendadak.
c. Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang di
anutnya sendiri.
d. Selain
faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor
petunjuk dari yang maha kuasa.
2. Jenis –
jenis konversi agama
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan
menjadi dua, yaitu:
- Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
- Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut
Abdalla, senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal
terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang
berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang
ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam
konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda dengan
konsep keyakinan sebelumnya. Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
pengertian konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau
sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konversi agama adalah perubahan pandangan seseorang atau sekelompok tentang
agama yang dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya
kepada agama yang lain.
2. Faktor penyebab
konversi agama adalah faktor Intern yang meliputi kepribadian, emosi, kemauan,
konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. Dan yang kedua faktor eksternyang meliputi: faktor keluarga, lingkungan tempat
tinggal, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, cinta, pernikahan.
3. Tahap Proses
Konversi Agama meliputi: masa tenang, masa ketidaktenangan, masa
konversi, masa tenang dan tentram, masa ekspressi konversi.
4. Ciri – ciri seseorang yang mengalami konversi agama :
a. Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
b. Perubahan
yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi
secara berperoses atau secara mendadak.
c. Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang di
anutnya sendiri.
d. Selain
faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor
petunjuk dari yang maha kuasa.
5. Jenis - jeni konversi agama
a.
Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari
mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih
dalam lingkungan agama yang sama.
b.
Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari
satu agama keagama lain.
B. Saran
a. Dalam
menghadapi dunia yang semakin modern kita harus berpegang teguh pada agama yang
kita anut, agar tidak sampai terjadi konversiagama pada lingkungan kita.
b. Dalam penulisanmakalah ini masaih banyak
kekurangan, sehingga masih membutuhkan masukan dari pembaca.
0 komentar:
Post a Comment